News Update

Ini Cara BCA Jadikan UMKM sebagai Market Retail Banking Masa Depan

Jakarta – Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) akan menjadi salah satu market penting bagi bisnis retail banking di masa depan. Hal itu diungkapkan Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dalam webinar “The Future of Retail Banking” yang diselenggarakan Infobank bekerja sama dengan Marketing Research Indonesia (MRI), Selasa (29/6/2021).

Menurut Jahja, pandemi COVID-19 yang mulai muncul tahun lalu, telah menghadirkan banyak terobosan bagi perbankan. Bukan hanya dari sisi kredit, tapi juga bagaimana perbankan membantu me-upgrade para pelaku UMKM.

BCA, kata Jahja, mencoba untuk mendukung UMKM — terutama yang bergerak sebagai produsen untuk meningkatkan produksi produk-produk Indonesia. Kemudian, juga dari sisi pemasaran, lebih mengenalkan para pelaku UMKM kepada model penjualan digital, baik melalui e-commerce atau website. Sebab, kebanyakan UMKM masih berusaha dalam skala lokal dari segi pemasaran, dengan menjadi digital, pasar bagi UMKM akan semakin luas, regional, nasional, bahkan hingga pasar internasional.

“Kita bicara future of retail banking. Sebenarnya, bagi bank, kita concern sekali mendorong kredit ritel, tapi saat ini tidak bisa jalan karena mobilitas masyarakat sedang terhalang (pandemi). Tapi justru dengan adanya pandemi ini, kalau kita lihat dari tahun 2020 sampai saat ini, itu memberikan terobosan-terobosan baru. Bukan hanya kreditnya tapi juga bagaimana kita me-upgrade para pelaku UMKM dan termasuk juga pedagang,” kata Jahja.

Awal tahun ini, tambah Jahja, BCA mengadakan festival UMKM yang melibatkan 18 ribu UMKM dari seluruh daerah di Indonesia. Dari perhelatan ini, Jahja melihat banyak hal yang harus ditingkatkan para pelaku UMKM untuk bisa menjadi lebih baik.

“UMKM kita harus siap dari segi produk, pertama kualitas produk. Lalu placement di e-commerce, harus menarik dan detil. Lalu SDM-nya harus disiapkan, bagaimana menerima order, bagaimana packaging yang rapi,” tukasnya.

Kemudian, Ketika UMKM akan go digital, juga harus siap dengan sistem pembayaran elektronik. Baik itu alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), e-wallet, virtual account, dan lainnya.

Semua itu, kata Jahja lagi, adalah untuk mempersiapkan pasar retail banking di masa depan. “Kita tahu ini untuk mendorong kredit, demand harus ada. Kalau sales volume UMKM ada, otomatis dia perlu inventory lebih banyak, operational cost lebih banyak, sehingga butuh kredit. Nah ini dulu yang harus dibantu untuk didorong,” pungkas bos dari bank swasta terbesar di Indonesia ini. (*) Ari Nugroho

Suheriadi

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

18 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

18 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

18 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

20 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

20 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

23 hours ago