Inggris – Banyak bank kecil yang belum terlalu fokus dalam pengembangan teknologi, meskipun, persaingan bisnis sudah mengarah kesana. Crnrstone.com memaparkan tentang alasan bank-bank kecil melakukan penolakan mereka terhadap teknologi.
Bank-bank besar berubah dan mereka punya 1000x tantangan yang dimiliki bank kecil. Sebagian besar hambatan untuk bank kecil merebut peluang digital diciptakan oleh pemikiran negatif, tetapi kemudian sebagian besar perusahaan dengan keuangan kecil pada akhirnya terkendala oleh pemikiran negatif dari CEO mereka.
Perbedaan persespi akan hal ini dilandari oleh dua sisi. Di sisi bank, didorong oleh kenyataan bahwa komersial adalah penggerak keuntungan dalam lembaga. Tingkat perubahan yang didorong oleh teknologi di sisi komersial belum sedramatis seperti di sisi ritel, yang menyebabkan banyak eksekutif bank merasa nyaman dengan kurangnya perubahan yang didorong teknologi. Dan dengan pertumbuhan profitabilitas pasca-keuangan, mereka punya angka untuk mendukung pandangan mereka.
Baca juga: Perbedaan Pola Pikir Bank Besar dan Kecil dalam Kembangkan IT
Di sisi credit union, hal itu didorong oleh pemikiran kompetitif yang salah arah (saya mencoba untuk menemukan cara yang bagus untuk mengatakan “delusi”). Credit Union dan bank, dalam hal ini melihat aplikasi produk yang masih sangat mendukung cabang menyimpulkan bahwa konsumen menginginkan saran dari personel cabang ketika mereka membuka akun. Atau mereka melihat penelitian yang mengatakan Millennials masih pergi ke cabang X kali sebulan atau kuartal, dan menyimpulkan “Lihat? Bahkan Milenium ingin berbicara dengan orang-orang di cabang!” Kemudian mereka melihat angka kepuasan ACSI dan menyimpulkan bahwa skor mereka yang lebih tinggi karena “orang-orang” mereka.
Pemikiran tersebut melewatkan tiga poin penting, yaitu, satu, konsumen pergi ke cabang untuk membuka rekening karena 99% proses pembukaan akun digital di lembaga keuangan menyebalkan. Dua, konsumen pergi ke cabang untuk berbicara dengan personel cabang karena tidak ada pilihan untuk Facetime, bahkan menghubungi mereka secara langsung. Tiga, pegawai cabang hampir tidak berpengetahuan seperti yang diharapkan para eksekutif senior.
Mencoba untuk mencocokkan tingkat pengeluaran megabank pada TI dapat dilakukan, dan mungkin tidak terhindarkan untuk lembaga yang lebih kecil selama 10 tahun ke depan. Tetapi di mana mereka menempatkan uang itu akan menentukan keberhasilan dan kegagalan mereka.(*)
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More