Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten tumbuh di kisaran 5 persen. Namun, Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia (2014-2019), Bambang Brodjonegoro, melihat pertumbuhan ini belum sepenuhnya optimal.
Menurutnya, meskipun ekonomi bisa terus bertumbuh sekitar 5 persen, iklim investasi di Indonesia belum mampu menembus 5 persen. Padahal, investasi bisa mengakselerasi ekonomi Indonesia lebih cepat lagi.
“Pertumbuhan investasi kita masih mengecewakan. Pertumbuhan investasi kita belum bisa lewat di atas 5 persen. Triwulan satu bahkan lebih rendah lagi,” tutur Bambang dalam acara Infobank Banking Mastery Forum 2024 bertajuk How to Navigate Business in Government Transition di Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2024.
“Artinya, yang bisa menjadi faktor yang mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu investasi, belum terlalu terasa dampaknya. Jadi intinya, masih ada ruang untuk bisa memperbesar investasi di Indonesia,” tambah Bambang.
Baca juga: Infobank Banking Mastery Forum 2024: Menghadapi Tantangan Bisnis di Masa Transisi Pemerintahan
Menurut Bambang, jika iklim investasi meningkat, seharusnya simpanan negara juga ikut naik. Tetapi, kenyataannya ketersediaan uang di kalangan masyarakat tidak sebanyak yang diharapkan.
Padahal, perputaran uang ini penting untuk pembangunan atau investasi. Di sini, Bambang mengingatkan kembali peran bank penyuplai uang dan mendukung perputaran uang.
“Peran industri perbankan sangat sentral di sektor keuangan. (Bank) itu nyawanya ekonomi suatu negara. Dan untuk Indonesia, faktor yang perlu diperhatikan, investasinya relatif belum menonjol,” kata Bambang.
Bambang juga melihat sektor manufaktur yang pertumbuhannya di bawah 5 persen. Pertumbuhan justru banyak terjadi di bidang konstruksi, yang notabene banyak menggunakan uang pemerintah. Disinyalir, ini dikarenakan proses pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang tengah berlangsung.
Baca juga: Menko Airlangga: Kolaborasi Pelaku Usaha Retail dan UMKM Dorong Pertumbuhan Ekonomi RI
Terlihat dari Purchasing Manager Index (PMI,) yang menunjukkan apakah industri manufaktur di sebuah negara mengalami ekspansi atau tidak. Untuk kali pertama, manufaktur di Indonesia memiliki nilai di bawah 50. Tandanya, tidak terjadi ekspansi di sektor ini.
Padahal, sektor manufaktur adalah salah satu penyumbang ekonomi terbesar di suatu negara. Bambang berharap, agar pemerintah bisa memperbaiki dan meningkatkan produksi manufaktur Tanah Air.
“Padahal sektor (manufaktur) itu satu, menyumbang pertumbuhan ekonomi yang paling besar, dan kedua, menciptakan aman pekerja dalam jumlah yang juga sudah kecil,” tegas Bambang. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Jakarta – Badan Gizi Nasional (BGN) menggandeng holding BUMN pangan ID FOOD dalam pelaksanaan program… Read More
Jakarta – STAR Asset Management (STAR AM) mengajak investor memanfaatkan peluang saat ini untuk berinvestasi… Read More
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan kontribusi terhadap penerimaan negara… Read More
Jakarta - PT Astra Digital Arta (AstraPay) merespons kebijakan anyar Bank Indonesia (BI) terkait biaya Merchant Discount… Read More
Jakarta - Aplikasi pembayaran digital dari grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik penambahan total pengguna… Read More
Labuan Bajo – PT Askrindo sebagai anggota holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi Indonesia Financial… Read More