Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti. (Tangkapan layar BPS)
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2023 terjadi inflasi sebesar 0,19 persen dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,44. Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2023 terhadap September 2022) tercatat 2,28 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (September 2023 terhadap Desember 2022) sebesar 1,63 persen.
“Tingkat inflasi bulanan September 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya namun lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu,” ujar Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis BPS, Senin 2 Oktober 2023.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Bakal Dongkrak Inflasi, Pemerintah Diminta Kaji Ulang
Penyumbang inflasi terbesar pada September 2023 berdasarkan kelompok pengeluaran adalah makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,35 persen dengan andil 0,09 persen.
Kemudian, komoditas lain penyumbang deflasi secara mtm yaitu, beras dengan andil inflasi 0,18 persen, dan bensin 0,6 persen sejalan dengan adanya penyesuaian harga BBM non-subsidi. Kemudian, tarif pulsa ponsel, biaya akademi/perguruan tinggi, rokok kretek filter serta daging sapi masing-masing sebesar 0,01 persen.
“Selain itu, terdapat beberapa komoditas pada kelompok makanan, minuman , dan tembakau yang memberikan andil deflasi secara mtm yaitu, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, bawang putih, dan cabai merah. Tarif angkutan udara juga memberikan andil deflasi seiring dengan low season yang terjadi saat ini dan juga di Indonesia,” jelasnya.
Dari 90 kota yang dipantau, terdapat 73 kota yang mengalami inflasi. Bila dirinci, 46 kota diantaranya memiliki inflasi lebih tinggi terhadap inflasi nasional dan 17 kota lainnya mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,40 persen utamanya disebabkan oleh komoditas ikan segar dengan andil 0,58 persen, beras 0,40 persen, angkutan udara 0,11 persen, kangkung 0,07 persen, dan kacang panjang 0,07 persen. Sedangkan, deflasi terdalam terjadi di Manokwari dengan andil sebesar -1,70 persen.
Baca juga: Kenaikan Harga Beras Picu Inflasi, Ekonom Sarankan Pemerintah Lakukan Hal Ini
Berdasarkan komponen, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi bulanan sebesar 0,23 persen mtm, dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen. Didorong oleh komoditas bensin dan rokok kretek filter.
Sedangkan, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,37 persen mtm, memberikan andil sebesar 0,07 persen. Penyumbang utama inflasi tersebut adalah komoditas beras dan daging sapi.
“Inflasi komponen harga bergejolak ini kembali mengalami inflasi setelah bulan lalu mengalami deflasi sebesar -0,51 persen,” katanya.
Selanjutnya, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,12 persen, dengan andil sebesar 0,08 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah kenaikan tarif pulsa ponsel dan biaya akademi/perguruan tinggi. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputa
Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More
Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More
Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More