Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi pada tahun 2022 diprakirakan akan berada diatas 4,0% atau sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran BI yang ditetapkan dikisaran 2% hingga 4%. Namun demikian, pada tahun depan inflasi akan kembali ke dalam sasaran 3,0±1%.
Untuk mengatasi inflasi tinggi ini, banyak negara sudah menaikkan suku bunga acuannya. Seperti Bank Sentral AS yang sudah menaikkan suku bunga acuannya tiga kali yaitu 25 bps pada Maret, lalu 50 bps pada Mei, dan sebesar sebesar 75 bps pada Juni 2022. Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar sejak 1994.
Berbeda dengan Bank Sentral AS, Bank Indonesia justru masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,50% hingga Juni 2022. Alasannya menarik, yakni untuk menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tingginya tekanan eksternal terkait dengan ketegangan geopolitik yang terjadi di Rusia-Ukraina.
Padahal, inflasi domestik terus meningkat karena tingginya tekanan sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia. Pada Mei 2022 saja, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat inflasi sebesar 0,40% (mtm) atau 3,55% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,47% (yoy).
“Ke depan, tekanan inflasi IHK meningkat didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis, 23 Juni 2022.
Sedangkan berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu III Juni 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga Juni 2022 tercatat sebesar 0,43% (mtm). Adapun penyumbang utama inflasi Juni 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu cabai merah sebesar 0,14% (mtm), cabai rawit sebesar 0,10% (mtm), bawang merah sebesar 0,06% (mtm), telur ayam ras 0,05% sebesar (mtm), tomat sebesar 0,03% (mtm), bayam dan air kemasan masing-masing sebesar 0,02% (mtm).
Kemudian ada juga kangkung, ikan kembung, nasi dengan lauk, sabun detergen bubuk/cair, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu minyak goreng sebesar 0,05% (mtm), angkutan antar kota dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,03% (mtm), serta daging sapi, bawang putih, udang basah, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus mewaspadai tekanan inflasi ke depan dan dampaknya pada ekspektasi inflasi serta menempuh kebijakan penyesuaian suku bunga apabila terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi inti. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
Bank Indonesia juga tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022. (*)
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan putusan kasasi yang diajukan PT Sri Rejeki Isman… Read More
Jakarta - Setelah didera kerugian selama empat tahun berturut-turut, KB Bukopin Finance (KBBF) mulai bangkit… Read More
Jakarta - Stasiun Whoosh Karawang akan resmi melayani penumpang mulai 24 Desember 2024. Pembukaan ini… Read More
Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More
Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) terus melakukan ekspansi bisnis dengan memperluas… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) bersama Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) pionir layanan dan Perum DAMRI… Read More