Moneter dan Fiskal

Inflasi AS Diprediksi Menurun Sejalan dengan Turunnya Harga BBM

Jakarta – Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) diprediksi akan menurunkan tingkat inflasi AS. Hal ini dilaporkan dalam survei yang diterbitkan Senin kemarin oleh New York Federal Reserve.

Survei Indeks Konsumen bulan Agustus yang dilakukan Bank Sentral AS tersebut menunjukkan para responden yang berekspektasi level inflasi tahunan akan menjadi 5,7%. Angka itu menurun dari 6,2% pada Juli 2022, dan sekaligus menjadi level terendah sejak Oktober 2021.

Level ekspektasi akan inflasi yang berlangsung selama tiga tahun pun turun ke 2,8% di Agustus dari 3,2% di bulan sebelumnya. Itu juga adalah level terendah sejak November 2020.

Tren ekspektasi inflasi yang menurun itu muncul di tengah penurunan harga bahan bakar minyak di AS. “Walaupun masih lebih besar dari harga di tahun lalu, harga BBM di AS telah turun USD5 lebih per galonnya, membuat harga rata-rata BBM di Amerika Serikat saat ini adalah sekitar USD3,71 per galon,” ungkap laporan AAA Gas Prices, seperti yang dikutip dari CNBC, Selasa, 13 September 2022.

Para konsumen kemudian berharap harga BBM mengalami sedikit perubahan lagi di tahun depan. Masih berdasarkan survei The Fed tersebut, harga-harga makanan masih diprediksi meningkat, namun peningkatan disinyalir hanya 5,8% dalam satu tahun ke depan, 0,8% lebih rendah daripada survei di bulan Juli.

Harga-harga sewa properti kemudian diproyeksikan meningkat 9,6%, atau 0,3% lebih rendah daripada survei di bulan Juli.

Proyeksi-proyeksi di atas juga muncul di tengah kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga secara agresif untuk menangani inflasi yang mendekati posisi tertingginya sejak 40 tahun. The Fed berencana menaikkan suku bunganya untuk yang ketiga kalinya sebesar 0,75 bps pada minggu depan.

Meskipun konsumen berharap tekanan inflasi akan mereda pada suatu titik, mereka masih memperkirakan biaya hidup sehari-hari akan naik.

Ekspektasi rata-rata untuk pengeluaran rumah tangga pada tahun depan naik 1% ke 7,8% di survei Agustus. Peningkatan ekspektasi itu didorong oleh biaya pendidikan jenjang menengah atas dan mereka yang berpendapatan lebih rendah.

Lebih jauh, responden juga menyatakan bahwa kredit lebih sulit didapatkan saat ini, dengan 57,8% mengatakan bahwa mendapatkan kredit lebih sulit bahkan jauh lebih sulit.

Mereka yang berharap bisa mendapatkan kompensasi untuk tidak membayar hutang minimum selama tiga bulan ke depan juga meningkat 12,2%. Menjadikannya yang tertinggi sejak Mei 2020. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

OJK Cabut Izin Usaha Rindang Sejahtera Finance, Ini Alasannya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari ini, Senin 7 Oktober 2024, mengumumkan bahwa… Read More

22 mins ago

BCA Syariah Gelar Kegiatan Edukasi, Cerdas Berinvestasi Emas

Direktur BCA Syariah Pranata tengah menyampaikan paparan saat acara diskusi syariah dengan tema Cerdas Berinvestasi… Read More

35 mins ago

DYAN Optimistis Pendapatan 2024 Tumbuh 15 Persen, Ini Alasannya

Jakarta - PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) atau Dyandra sebagai emiten yang bergerak di… Read More

57 mins ago

BEI Buka-bukaan soal Nasib Listing Bank Muamalat

Balikpapan – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait rencana pencatatan saham alias listing PT Bank… Read More

1 hour ago

Akuisisi Bank Banten (BEKS), Bank Jatim (BJTM) Masih Negosiasi Harga Final

Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim (BJTM) mengumumkan rencananya… Read More

2 hours ago

Kemendag: Efisiensi Tol Laut Dorong Pemerataan Ekonomi di Wilayah Terpencil

Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Moga Simatupang menyatakan bahwa program… Read More

2 hours ago