Keuangan

Indonesia Re Sayangkan Rendahnya Penetrasi Asuransi terhadap Masyarakat

Jakarta – Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) Benny Waworuntu menyayangkan masih rendahnya penetrasi asuransi terhadap masyarakat Indonesia. Menurutnya, pengetahuan orang-orang mengenai produk asuransi tidak begitu tinggi.

“Kami melihat, pengetahuan masyarakat terhadap produk asuransi masih rendah. Disebabkan oleh kurangnya kepercayaan terhadap industri asuransi, karena berbagai masalah yang ada,” papar Benny dalam acara Indonesia Re International Conference 2024, Rabu, 24 Juli 2024.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), tingkat penetrasi asuransi di Indonesia hanya mencapai 2,64 persen pada 2023.

Baca juga : Gandeng Indonesia RE, IFG Dorong Standarisasi Data Baru di Industri Asuransi RI

Angka ini terus menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Sempat mencapai persentase 3,23 persen pada 2020, tingkat penetrasi asuransi turun menjadi 3,06 persen pada 2021 dan 2,72 persen pada 2022.

Padahal, jumlah perusahaan asuransi di Indonesia terbilang banyak. Per 2023, ada setidaknya 78 asuransi umum, 58 asuransi jiwa, dan 9 reasuransi. Mereka bersaing merebut pangsa pasar yang kecil.

“Perusahaan asuransi ini berebut pangsa pasar yang tidak seberapa. Ini menyebabkan kompetisi yang tidak sehat di antara perusahaan asuransi, terutama dari segi pemberian harga,” lanjut Benny.

Baca juga : Pengamat: Keputusan OJK Cabut Izin Usaha Asuransi Bermasalah Sudah Tepat

Jika hal ini tidak berubah, tambah Benny, maka beban industri asuransi bisa bertambah, seperti defisit pada neraca keuangan. Benny sendiri berujar, ada beberapa alasan kenapa masyarakat kurang mempercayai produk asuransi, yang harus dibenahi oleh industri dan regulator.

“Aspek penjaminan, aspek mekanisme, dan aspek peningkatan literasi dan inklusi keuangan ini penting untuk diperhatikan oleh para pemangku kepentingan, untuk memenuhi kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi,” tuturnya.

Lebih lanjut, Benny merasa kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi juga diperparah dengan rendahnya akumulasi nilai manfaat. Kurang pesatnya pertumbuhan sektor asuransi dapat disebabkan oleh rendahnya penggunaan dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi.

Untuk itu, Benny menekankan pentingnya kolaborasi antara perusahaan asuransi, regulator, dan pemangku kepentingan lainnya akan menjadi kunci untuk membantu mewujudkan masa depan yang berpusat pada nasabah. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Editor : Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

IHSG Berpotensi Melemah, Simak 4 Saham Rekomendasi Analis

Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More

15 mins ago

PLN Perkuat Kolaborasi dan Pendanaan Global untuk Capai Target 75 GW Pembangkit EBT

Jakarta - PT PLN (Persero) menyatakan kesiapan untuk mendukung target pemerintah menambah kapasitas pembangkit energi… Read More

13 hours ago

Additiv-Syailendra Capital Perluas Distribusi Produk Keuangan

Jakarta - Additiv, perusahaan penyedia solusi keuangan digital, mengumumkan kemitraan strategis dengan PT Syailendra Capital, salah… Read More

13 hours ago

Banyak Fitur dan Program Khusus, BYOND by BSI Raih Respons Positif Pasar

Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More

18 hours ago

Pekan Kedua November, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp7,42 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More

20 hours ago

IHSG Sepekan Turun 1,73 Persen, Kapitalisasi Pasar Bursa jadi Rp12.063

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More

22 hours ago