Moneter dan Fiskal

Indonesia Mau Keluar dari Jebakan Middle Income, Kemenkeu Beberkan Syaratnya

Jakarta – Untuk keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap, Indonesia dihadapkan sejumlah tantangan. Terlebih, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua dekade terakhir stagnan berada di level 5 persen. Sementara salah satu kunci keluar dari middle income trap, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi di level 6 persen.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Parjiono mengatakan, jika melihat pertumbuhan perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global yang stagnan menunjukkan ketahanan dan kekuatan.

“Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke-2 tahun ini mencatat 5,05 persen year on year yang didorong oleh permintaan domestik yang kuat, peningkatan kinerja ekspor dan tingkat inflasi yang terjaga,” kata Parjiono dalam Indonesia Future Policy Dialogue “Telaah Arah Pemerintahan Baru” di Jakarta, 9 Oktober 2024.

Baca juga: Jokowi: Hilirisasi dan Digitalisasi jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi RI

Meski demikian, lanjut Parjiono, untuk keluar dari middle income dibutuhkan pertumbuhan ekonomi 6 persen. Untuk mencapainya, pemerintah harus jeli melihat sumber pertumbuhan ekonomi baru.

“Untuk mencapai ke sana (keluar dari middle income), diperlukan pertumbuhan ekonomi 6 persen. Perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru,” jelasnya.

Oleh karenanya, menurutnya, pemerintah perlu melakukan reformasi segera yang diperlukan untuk mempercepat transformasi ekonomi. Tujuannya jelas untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan.

“Kombinasi keberlanjutan dan penguatan program prioritas diharapkan dapat mempercepat pencapaian visi Indonesia Emas tahun 2045,” jelasnya.

Fokus program prioritas tersebut antara lain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas. Ini bisa dilakukan melalui pencarian sumber-sumber pertumbuhan baru, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan adil dengan pendekatan struktural.

Selain itu, kata dia, strategi penerapan kebijakan fiskal pada 2025 juga menjadi concern pemerintah dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Ada dua pendekatan kebijakan fiskal yang diterapkan. Pertama, strategi pendekatan jangka menengah panjang yang meliputi penguatan sumber daya manusia, hilirasi, transformasi ekonomi hijau, ekonomi kreatif, dan lainnya.

Baca juga: Bos BNI Klaim Ekonomi RI Kuat: Tapi Belum Cukup untuk Mencapai Indonesia Emas 2045

“Kedua, strateginya jangka pendek. Fokusnya pada menjaga keberlanjutan program prioritas untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Dengan pendekatan ini, kata Parjiono, diharapkan kebijakan fiskal 2025 dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang secara merata. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

Memahami Pelonggaran Kebijakan Moneter The Fed

Oleh Ryan Kiryanto, Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia MOMEN presentasi tiga… Read More

1 min ago

BCA Digital Belum Ingin Keluarkan Produk Paylater: Kami Fokus Bantu Kelola Keuangan

Jakarta - Produk buy now pay later (BNPL) atau paylater mulai digandrungi oleh pelaku industri… Read More

3 mins ago

Bos BRI Kasih Bocoran Laba Bersih Kuartal III 2024

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memproyeksikan laba bersih di kuartal III… Read More

11 mins ago

LPEI Dorong UMKM ‘Naik Kelas’ di TEI 2024, Berikut Daftarnya

Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terus berupaya mendorong pelaku usaha untuk ‘naik kelas’ dan… Read More

20 mins ago

Lanjut Melemah, IHSG Ditutup Terkoreksi Sebanyak 0,74 Persen

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Rabu, 9 Oktober 2024, ditutup… Read More

31 mins ago

HUT Pasar Modal, BEI dan IFA Gelar Workshop Keuangan Berkelanjutan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Rabu, 9 Oktober 2024, menyelenggarakan… Read More

37 mins ago