Jakarta – Kepala Center of Food, Energy and Sustainable Development INDEF Abra Talattov menyampaikan, ada banyak indikator dalam Pencapaian Target Sustainable Development Goals (SDG’s) atau pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang belum tercapai.
Hal ini tentu menjadi perhatian serius para calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) dalam merumuskan visi misi mereka, saat akan tampil dalam debat keempat Pilpres 2024 bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa, Minggu (21/1).
“Salah satunya mengenai isu kemiskinan yang akan selalu menjadi bahasan penting diperdebatkan oleh para kandidat,” katanya, dalam Diskusi Publik bertajuk Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Kamis (17/1).
Baca juga: Tingkat Kemiskinan 2024 Diprediksi Turun, INDEF Ungkap Pendorongnya
Dalam pemaparannya, tren kemiskinan di Tanah Air sudah membaik dengan tingkat kemiskinan ekstrem yang terus menyusut. Namun, pemerintah sendiri menargetkan kemiskinan ekstrem bisa mencapai 0 persen pada 2024.
“Akan tetapi kondisinya pada Maret 2023, kita masih mencapai 1,12 persen. Nah kemiskinan ekstrem itu parameternya adalah pengeluaran seseorang dibawah Rp10.739 per hari atau Rp322.170 per bulan,” jelasnya.
Lanjutnya, apabila dilihat lagi secara spasial, dari capaian tersebut masih ada 14 persen provinsi dengan tingkat kemiskinan ekstrem 1-5 persen, 18 provinsi kurang dari 1 persen dan 2 provinsi dengan kemiskinan ekstrem diatas 5 persen.
“Nah ini perlu dilihat juga bagaimana pemerintahan selanjutnya bisa berupaya menghapus kemiskinan ekstrem ini dipercepat,” bebernya.
Menurutnya, apabila membandingkan dengan negara lain menggunakan parameter pengeluaran USD2,15 per hari, maka Indonesia di tahun 2023 hanya mencapai 2,88 persen.
Sementara negara-negara di kawasan ASEAN seperti Thailand 0,62 persen, Vietnam 0,44 persen, Filipina 4,83 persen, dan Malaysia 0,5 persen.
“Dan ternyata masih ada negara-lain di Asean yang lebih baik dibandingkan Indonesia karena kemiskinan ekstrem Sudha di bawah 1 persen,” jelasnya.
Oleh sebab itu, perlu kejelasan seperti apa yang ditawarkan oleh para kandidat capres dan cawapres Pilpres 2024. Bukan hanya dalam konteks di level nasional dan pedesaan.
Baca juga: Anak Buah Sri Mulyani Tegaskan Hal Ini untuk Akhiri Kemiskinan Ekstrem
Menariknya, kata dia, apabila mengacu dari dokumen visi misi kandidat capres tersebut mempunyai target tingkat penurunan kemiskinan berbeda sampai tahun 2029 mendatang.
Semisal, pasangan nomor urut 1 menargetkan tingkat kemiskinan bisa turun dari 9,36 persen ini menjadi 4-5 persen di tahun 2029. Jadi hampir separuhnya. Sementara pasangan nomor urut 2 menargetkan dibawah 6 persen. Dan pasangan nomor urut 3 jauh lebih ambisius lagi sebesar 2,5 persen.
“Tentu, dari target-target variatif tadi di masing-masing kandidat, kita tidak boleh memakan mentah-mentah dari janji tersebut dan perlu elaborasi lagi apa saja strategi dan program untuk menurunkan tingkat kemiskinan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More