News Update

Indef: Pengelolan Utang Pemerintah Masih Ugal-ugalan

Jakarta – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini menganggap Pemerintah masih ugal ugalan terhadap pengelolaan utang. Hal ini tercermin dari kondisi APBN 2020. Dimana tercatat keseimbangan primer APBN 2020 hingga Juli negatif Rp147,4 triliun.

Menurutnya, angka keseimbangan primer dalam APBN merupakan penerimaan dikurangi belanja negara, namun tanpa komponen pembayaran bunga utang. Artinya, bila keseimbangan primer bisa surplus, pemerintah tidak memerlukan utang baru untuk membayar pokok cicilan utang yang lama. Sebaliknya, jika keseimbangan primer negatif, maka pemerintah perlu menerbitkan utang baru untuk membayar pokok cicilan utang yang lama.

“Saya pakai bahasa betawi saja pengelolaan utangnya masih ugal-ugalan. Kita sudah masuk perangkap utang yaitu terus berutang untuk membayar utang, idikasinya orde baru 2000 sebelumnya tidak terjadi defisit keseimbangan primer,” kata Didik melalui video conference di Jakarta, Rabu 2 September 2020.

Maka dari itulah menurutnya Pemerintahan sekarang telah membebani atau mewarisi utang kepada Pemerintahan selanjutnya. Dengan begitu diharapkan Presiden kedepan mampu mengelola utang dengan baik.

“Presiden setelah ini harus siap-siap menerima tumpukan utang yang dibikin pada saat ini jadi hutang-hutang yang besar ya hutang hutang di APBN ada juga utang di luar APBN,” tambah Didik.

Sebagai informasi saja, Kementerian Keuangan sebelumnya mencatat kenaikan anggaran keseimbangan primer karena turunnya pendapatan negara. Tercatat realisasi pendapatan negara hingga Juli 2020 mencapai Rp922,2 triliun atau 54,3 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72 Tahun 2020 sebesar Rp1.699,9 triliun. Tercatat pendapatan negara tersebut turun 12,4 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama pada 2019, yaitu sebesar Rp1.052,4 triliun yang tumbuh 5,8 persen dari Juli 2018.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia telah mencapai US$408,6 miliar atau setara Rp6.026,85 triliun (kurs Rp14.750 per dolar AS) pada kuartal II 2020. Jumlah utang meningkat 5 persen secara tahunan, dari US$391,8 miliar pada kuartal II 2019. (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

RUPST BNI Sepakat Tebar Dividen Rp13,95 Triliun, Setara Rp374,05 per Saham

Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)… Read More

26 mins ago

Emiten Ritel MDIY Kantongi Laba Bersih Rp1,1 Triliun di 2024, Melesat 205,6 Persen

Jakarta - PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) atau MR.D.I.Y. sebagai emiten industri ritel mencatatkan… Read More

41 mins ago

Ketika Debitur Nakal Berlindung di Ormas

Jakarta - Dalam industri pembiayaan, keberadaan debitur bermasalah bagaikan duri dalam daging yang menghambat kelancaran… Read More

54 mins ago

Jelang RUPS, Harga Saham BBNI Ngegas 5,38 Persen

Jakarta - Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) pada awal perdagangan sesi… Read More

1 hour ago

Perkuat Pembiayaan UMKM, KB Bank Kucurkan Kredit Rp500 Miliar ke Danamas

Jakarta– KB Bank akan menyalurkan Rp500 miliar untuk memperluas akses pembiayaan untuk PT Pasar Dana… Read More

1 hour ago

Akses Keuangan Syariah Masih Rendah, OJK Desak Inovasi Produk dan Layanan

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan akses keuangan syariah di Tanah Air. Salah… Read More

2 hours ago