Moneter dan Fiskal

INDEF Dorong BI Longgarkan Kebijakan Moneter

Jakarta–Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dan memulihkan daya beli masyarakat, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mendorong agar Bank Indonesia (BI) mengeluarkan paket kebijakan baru terkait pelonggaran moneter.

Dirinya menilai ada tiga hal yang perlu diperhatikan bank sentral dalam kebijakannya untuk memulihkan keadaan perekonomian sedang lesu. Pertama ialah suku bunga, ia menilai perlunya penurunan suku bunga dari suku bunga acuan diturunkan 75 basis poin.

“Semuanya bisa diturunkan secara bertahap oleh Bank Indonesia, salah satunya penurunan suku bunga menjadi 4 persen cukup membantu,” kata Bhima saat dihubungi di Jakarta, Senin, 14 Agustus 2017.

Selain itu yang kedua ialah Giro Wajib Minimun juga diperlonggar. GWM yang sekarang berada di level 6,5 persen diturunkan sampai 5 persen. Bhima menilai, dengan penurunan GWM juga akan berdampak pada penurunan setoran perbankan ke BI, sehingga perbankan akan mempunyai likuiditas lebih untuk disalurkan ke kredit.

“Ketiga menyangkut soal loan to value (LTV) dinaikan dari 85 persen menjadi 90 persen. Sehingga cicilan masyarakat, serta uang muka akan turun secara bersamaan. Langkah ini diyakini akan membantu daya beli masyarakat. Harapannya, mereka akan konsumsi lebih banyak lagi,” tambahnya.

Dan yang terakhir pada kebijakan ketiga kebijakan ini, menurut Bhima harus segera dilakukan. Sebab, tujuan utamanya adalah meningkatkan daya beli masyarakat. Masyarakat, akan lebih tertarik kredit motor, properti dan lainya.

Bhima optimis, dengan kebijakan ini pertumbuhan bisa mencapai double digit. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya juga akan terkerek ke 5,1 persen.

“Kalau BI tetap bertahan, menurut Bhima, Indonesia bisa mengalami stagnasi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya akan berada di level 5 persen, dari sisi konsumsi juga tidak akan berubah, di bawah 5 persen. Jadi absennya bank Indonesia akan mempengaruhi kepercayaan terhadap investor, kemudian kepercayaan dari pelaku usaha. Karena sekarang hampir semuanya menunggu bank Indonesia untuk melakukan tindakan ini,” pungkasnya. (*)

 

 

Editor: Paulus Yoga

Suheriadi

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

10 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

12 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

12 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

14 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

19 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

21 hours ago