Moneter dan Fiskal

INDEF Bandingkan Sektor Manufaktur di Era SBY dan Jokowi, Siapa Pemenangnya?

Jakarta – Kinerja sektor manufaktur Indonesia selama pandemi Covid-19 atau pada periode 2020 sampai 2022 terjadi penurunan yang signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat proporsi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia menjadi 18,25 persen di triwuan II 2023.

Direktur Riset Indef, Berly Martawardaya mengatakan, penurunan proporsi tersebut terjadi cukup tajam, sementara negara lain seperti, China, Thailand, Malaysia bahkan Afrika Selatan justru pulih lebih cepat.

“Data terakhir kemarin di BPS bahkan turun lagi menjadi 18,25 persen, jadi semakin turun. Padahal sektor industri sangat penting karena bisa menyerap tenaga kerja, sehingga menurunkan angka kesenjangan,” ujar Berly dalam Kajian Tengah Tahun INDEF 2023, Selasa 8 Agutus 2023.

Baca juga: Manufaktur Tetap Ekspansif, Pemerintah Waspadai Perlambatan Ekonomi Global

Dia pun membandingkan kinerja sektor manufaktur pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi).

Pada era SBY, pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas tercatat sebesar 5,10 persen pada periode pertama tahun 2004 – 2009, dan periode kedua tahun 2009 – 2014 tumbuh sebesar 6,10 persen.

Sedangkan, di era Jokowi PDB industri pengolahan non-migas tumbuh 4,70 persen di awal periode pemerintahan tahun 2014 – 2019 dan melambat pada periode kedua 2019 – 2024 tahun berjalan sebesar 2,10 persen.

“Pada masa Jokowi PDB industri non-migas cenderung menurun walaupun periode dua terkena Covid-19, tapi dari segi proporsi terhadap ekspor cenderung meningkat,” ungkap Berly.

Kemudian, proporsi ekspor industri pengolahan pada era SBY tercatat sebesar 43,70 persen pada periode pertama dan 36,80 persen pada periode kedua. Sementara, era Jokowi, proporsi ekspor industri pengolahan tercatat lebih tinggi, yaitu sebesar 44,40 persen pada periode pertama dan 45,80 persen pada periode kedua.

“Jadi pertumbuhannya turun di era Jokowi, tapi proporsi ekspornya cenderung meningkat,” pungkas Berly.

Baca juga: Meski Ekspansif, PMI Manufaktur RI Masih Tertinggal dari Thailand

Selanjutnya, rata-rata investasi langsung industri pengolahan di era Jokowi tercatat lebih tinggi, pada periode pertama mencapai USD8,42 miliar dan periode kedua sudah mencapai USD7,42 miliar.

Sementara di era SBY, rata-rata investasi langsung industri pengolahan hanya sebesar USD2,65 miliar pada periode pertamanya dan sebesar USD7,62 untuk periode kedua. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Laba Bank DBS Indonesia Turun 11,49 Persen jadi Rp1,29 Triliun di Triwulan III 2024

Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More

29 mins ago

Resmi Diberhentikan dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Saya Terima dengan Profesional

Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More

1 hour ago

IHSG Ditutup Bertahan di Zona Merah 0,74 Persen ke Level 7.161

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More

2 hours ago

Naik 4 Persen, Prudential Indonesia Bayar Klaim Rp13,6 Triliun per Kuartal III-2024

Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More

3 hours ago

Kebebasan Finansial di Usia Muda: Tantangan dan Strategi bagi Gen-Z

Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More

3 hours ago

BPS Catat IPM Indonesia di 2024 Naik jadi 75,08, Umur Harapan Hidup Bertambah

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks pembangunan manusia (IPM) mencapai 75,08 atau dalam… Read More

3 hours ago