Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan penguatan dalam beberapa waktu terakhir. Sepanjang periode 6-10 Oktober 2025, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level 8.272 pada 9 Oktober 2025.
Pada sesi I perdagangan kemarin, Senin (13/10), IHSG ditutup naik tipis ke level 8.259,39 dari posisi 8.257,85 atau menguat 0,02 persen. Namun, pada sesi II, indeks kembali terkoreksi tipis ke posisi 8.227,20 atau turun 0,37 persen dari level 8.257,85.
Meski menguat, pergerakan IHSG belakangan ini disebut didorong oleh saham-saham dengan likuiditas rendah.
Baca juga: IHSG Tokcer! DBS Prediksi Tembus 8.700 Akhir 2025, Ini Faktornya
Menanggapi fenomena tersebut, Senior Investment Strategist DBS Bank, Joanne Goh, menjelaskan bahwa kondisi tersebut lebih disebabkan oleh pergeseran aliran dana investasi global.
“Ketika Tiongkok mulai perform, semua pasar Asia lain, termasuk Indonesia dan bahkan India, akan terdampak. Karena, semua aliran dana investasi akan mengalir ke Tiongkok,” ujar Joanne saat acara DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights secara virtual, Senin, 13 Oktober 2025.
Namun, menurut Joanne, tren ini bersifat sementara. Ia menilai Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, seperti pertumbuhan ekonomi yang solid dan stabil serta populasi besar yang menjadi penopang pasar ekuitas dan kinerja emiten.
Joanne menegaskan bahwa faktor fundamental tersebut menjaga daya tarik pasar modal Indonesia. Ia juga menilai pasar modal berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional selama kebijakan moneter dan fiskal tetap mendukung.
Baca juga: IHSG Berbalik Ditutup Loyo, Saham MLPL, SKRN, dan CBDK Jadi Top Losers
Lebih lanjut, ia menyoroti sejumlah faktor yang memengaruhi aliran investasi asing ke Indonesia, salah satunya nilai tukar rupiah.
“Jadi, sekarang nilai tukar rupiah di level seperti ini, kami pikir cukup menarik, dan jika kita memiliki pandangan membeli sejumlah dolar untuk kuartal berikutnya, itu seharusnya cukup mendukung keuangan lokal juga,” jelasnya.
Ia menambahkan, likuiditas yang melimpah di pasar domestik juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.
“Jadi, bagi pasar, sejauh kita tidak melihat krisis, kami pikir itu akan menjadi salah satu pertimbangan investor luar negeri untuk masuk ke pasar domestik,” tukas Joanne.
Page: 1 2
Poin Penting ASII membuka Astra Auto Fest 2025 di BSD sebagai upaya mendorong pasar otomotif… Read More
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting BRIDS dan Pegadaian meluncurkan layanan Gadai Efek Online di aplikasi BRIGHTS, memungkinkan investor… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More