Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona hijau ke level 6.800,84 dari posisi 6.766,79 atau menguat 0,50 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat, 2 Mei 2025, pukul 9:00 WIB.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan hari ini, sebanyak 628,34 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 41 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp716,02 miliar.
Kemudian tercatat terdapat 122 saham terkoreksi, sebanyak 237 saham menguat dan sebanyak 229 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: IHSG Berpeluang Menguat, Cermati 4 Rekomendasi Saham Ini
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak melemah dalam rentang level 6.650 hingga 6.780.
“Pada perdagangan kemarin, Rabu (30/4) IHSG ditutup naik 0,26 persen atau plus 17,70 poin ke level 6.766. IHSG hari ini (2/5) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.650-6.780,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, Jumat, 2 Mei 2025.
Menurut Ratih, sentimen IHSG hari ini ditopang oleh penguatan IHSG pada April 2025 sebanyak 3,93 persen. Lalu, pergerakan IHSG juga didukung oleh saham Big Caps dan performa indeks LQ45 yang naik 3,68 persen selama April 2025.
Baca juga: Meski 318 Saham Merah, IHSG Ditutup Menguat ke Level 6.766
Di sisi lain, indeks PMI manufaktur Indonesia pada April 2025 tercatat di level 46,7 atau turun dari bulan sebelumnya sebesar 52,4, sekaligus di level kontraksi. Aktivitas manufaktur mencapai level terendah sejak Agustus 2021.
Sedangkan, jumlah permintaan, output produksi, hingga ekspor terkoreksi. Sementara, pelaku pasar manantikan rilis data inflasi yang berpotensi melandai senada dengan rilis indeks manufaktur domestik.
Adapun dari mancanegara, bursa Wall Street kembali terapresiasi setelah rilis data pertumbuhan ekonomi (PDB) Amerika Serikat (AS). Pada kurtal I 2025, PDB riil secara kuartalan (qoq) turun 0,3 persen, setelah pada kuartal sebelumnya naik 2,4 persen.
Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Menghijau ke Level 6.778
Kenaikan impor dan melambatnya pertumbuhan konsumsi membawa terkoreksinya PDB. Kemudian, pertumbuhan investasi dan ekspor menopang realisasi PDB.
Selanjutnya dari Asia, Bank Sentral Jepang (BOJ) pada pertemuan Mei 2025 kembali mempertahankan suku bunga di level 0,5 persen sesuai dengan ekspektasi pasar dan masih di level tertinggi sejak 2008.
Akibat ketidakpastian tarif yang terjadi BOJ juga menurunkan proyeksi PDB di tahun 2025 menjadi 0,5 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,1 persen.(*)
Editor: Yulian Saputra