Jakarta – Banyak sinyal-sinyal perbaikan ekonomi sudah terlihat sejak Kuartal III/2020 seperti peningkatan penjualan otomotif dan juga sektor properti yang semakin prospektif. Namun bagaimana dengan prospek kinerja pasar modal?
Membahas lebih lanjut tentang Market Outlook 2021, PT Insight Investments Management mengadakan webinar “Insight Market Outlook 2021” yang mengusung tema “Healing Time” pada Rabu (27/1). Webinar ini selain dihadiri oleh para investor Institusi seperti Dana Pensiun, Asuransi dan Perbankan, turut hadir pula para Mitra Distribusi Reksa Dana PT Insight Investments Management.
Pandemi Covid-19 dan isu geopolitik di Amerika Serikat masih menjadi tantangan bagi seluruh sektor di Indonesia. Namun para investor masih optimistis melihat di awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau, meski akhir-akhir ini berada di zona merah. Banyak yang berpendapat jika geliat ekonomi di tahun 2021 akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Insight Market Outlook 2021” mengusung tema “Healing Time” dapat kita analogikan menjadi sebuah masa penyembuhan pada semua sektor, terutama sektor perekonomian di Indonesia. Seiring dengan kesiapan vaksin Covid-19 yang diikuti dengan program vaksinasi nasional, maka akan memicu pergerakan penduduk sehingga menumbuhkan tingkat konsumsi masyarakat. Dengan demikian, permintaan pasar juga bertumbuh dan bertambahnya semangat pemilik usaha untuk kembali berinvestasi,” papar Senior Executive Vice President PT Insight Investments Management, Ria Meristika Warganda.
Chief Investment Officer PT Insight Investments Management, Genta Wira Anjalu sendiri mengungkapkan vaksin Covid-19 akan menjadi game changer yang berfungsi untuk mencegah cumulative loss.
“Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia pada tahun ini, yakni pandemi yang masih berlangsung, potensi rating downgrade, konsumsi masyarakat yang masih belum pulih, kenaikan utang nasional dan risiko kredit di berbagai negara dan emiten. Sementara peluang yang dapat diperoleh adalah pemulihan ekonomi global, potensi penguatan rupiah, suku bunga masih rendah, current account deficit diperkirakan masih manageable dan likuiditas global masih melimpah,” jelas Genta.
Lebih lanjut Genta juga menyampaikan bahwa Insight sendiri menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan di tahun 2021 berada pada level 6300-7500. Sementara Yield Obligasi Pemerintah 10 tahun berada di level 5,8% – 6,8%.
Di tahun 2021, produk apa yang kiranya menarik bagi para investor? Insight melihat prospek positif pasar atas recovery ekonomi serta kebijakan stimulus global sehingga berpeluang mendorong pasar saham lebih perform tahun ini.
Karena itu, produk yang tepat ialah yang pertama, Insight Sri-Kehati Likuid, di mana merupakan Reksa Dana Indeks yang memiliki kinerja historis yang cukup baik. Produk ini berfokus pada emiten yang “doing the right thing” dimana faktor tersebut dipercaya memiliki dampak yang positif dalam jangka panjang.
Bedanya Insight Sri-Kehati Likuid dengan Indeks Sri-Kehati lainnya ialah produk tersebut memiliki focus pada saham-saham likuid dimana dari hasil backtesting yang dilakukan, performa saham likuid lebih baik daripada saham tidak likuid.
Produk kedua adalah Insight ETF, di mana yang dimiliki Insight bernama Insight ETF FTSE Indonesia Index/Low Volatility Factor. Secara historis Indeks FTSE Indonesia Low Volatility Factor memiliki kinerja yang cenderung lebih baik dibandingkan indeks lain, seperti MSCI Indonesia, IHSG, IDX30, dan FTSE originalnya.
Produk Reksa Dana Saham tentu cocok untuk investor yang bertipe agresif. Namun, jika para investor belum terlalu yakin dengan prospek pasar saham di 2021, maka yang ketiga, Insight juga memiliki Insight Haji Syariah Fund (I-Hajj Syariah Fund) yang merupakan RD Pendapatan Tetap syariah dengan return yang relatif stabil. I-Hajj Syariah Fund memiliki kontribusi sosial berupa pemberangkatan umroh dan haji bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Dalam jangka panjang, I-Hajj Syariah Fund membukukan kinerja yang outperform dibandingkan dengan indeks lainnya selama 6 bulan hingga 5 tahun. Sejak berdiri, I-Hajj telah memenangkan berbagai award dari berbagai lembaga yang cukup kredibel.
Keempat, bagaimana bila investor memiliki kebutuhan untuk berinvestasi di SBN dan obligasi yang lebih agresif? Insight juga memiliki produk SBN, yakni Insight Government Fund (I-GOVT). Insight Government Fund memberikan deviden dan performa yang lebih agresif, dimana Insight memperkirakan target return dari RD ini di tahun 2021 dikisaran 7,5% hingga 10% tergantung kondisi pasar.
Kelima, jika investor ingin membeli produk reksa dana pasar uang, Insight memiliki reksa dana pasar uang yang kompetitif, yakni Insight Money (I-Money) dan Insight Money Syariah. I-Money merupakan kesempatan untuk masuk ke berbagai obligasi jangka pendek dengan potensi return yang lebih menarik ketimbang deposito. Genta juga mengingatkan pentingnya para investor untuk melakukan diversifikasi investasi untuk menyebar resiko. (*)
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (18/11) masih ditutup pada zona… Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat penermaan dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Oktober 2024 mencapai… Read More
Jakarta - Kinerja fungsi intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) menunjukkan hasil yang sangat baik… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More