Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (Foto: Erman Subekti)
Poin Penting
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini (19/12) kembali dibuka meningkat pada level 8.666,65 dari posisi 8.618,19 atau naik 0,56 persen.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan saham hari ini, sebanyak 734,67 miliar saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 69 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp388,97 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 86 saham terkoreksi, 298 saham menguat dan 240 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat, Ini Katalis Penggeraknya
Manajemen Phintraco Sekuritas, sebelumnya telah memprediksi bahwa IHSG secara teknikal berpotensi untuk melanjutkan pelemahannya dalam rentang 8.550-8.600.
“Diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan dan menguji level support di 8.550-8.600,” ucap Analis Phintraco dalam risetnya di Jakarta, 19 Desember 2025.
Pada perdagangan kemarin (18/12) IHSG ditutup melemah di level 8.618,2 atau turun 0,68 persen. Pelemahan IHSG antara lain disebabkan oleh rupiah yang cenderung melemah selama beberapa hari terakhir.
Padahal, suku bunga acuan atau BI Rate dipertahankan tetap di level 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (17/12).
Rupiah berlanjut melemah di pasar spot pada level Rp16.723 per USD di tengah penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan mata uang di Asia yang ditutup variatif.
Adapun, investor akan menantikan hasil pertemuan Bank of Japan, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 0,75 persen, yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Baca juga: BEI Terapkan Prinsip IOSCO untuk Perkuat Kredibilitas Indeks Saham
Jika perkiraan tersebut benar terjadi, ada potensi akan meningkatkan volatilitas saham dan mata uang di pasar global karena ada kemungkinan terjadinya pembalikan aliran dana investor di pasar global ke Jepang dalam jangka pendek.
Hal ini karena adanya strategi investor untuk meminjam dana dari mata uang berbunga rendah, seperti Yen Jepang untuk diinvestasikan ke mata uang yang menawarkan suku bunga lebih tinggi, atau dikenal dengan sebutan carry trade.
Kenaikan suku bunga Jepang berpotensi membuat investor yang melakukan carry trade tersebut menutup posisi pinjamannya. Ini akan meningkatkan volatilitas pasar global karena arus dana kembali ke Jepang. Namun diperkirakan dampak tersebut hanya bersifat jangka pendek. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting IHSG sesi I 19 Desember ditutup melemah 0,57 persen ke level 8.568,66 dan… Read More
Poin Penting Penerimaan pajak 2025 berpotensi shortfall akibat perlambatan ekonomi nasional sejak triwulan I hingga… Read More
Poin Penting Bank Mandiri membagikan dividen interim sebesar Rp9,3 triliun atau Rp100 per saham, sesuai… Read More
Poin Penting Jumlah investor pasar modal tembus 20 juta SID, naik 34,8 persen dibanding akhir… Read More
Poin Penting Emas Galeri24 dan UBS yang diperdagangkan di Pegadaian kembali menguat pada Jumat, 19… Read More
Poin Penting Rupiah menguat tipis pada pembukaan perdagangan Jumat (19/12/2025) ke level Rp16.714 per dolar… Read More