Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka naik 0,18 persen ke level 7.093,32 dari posisi 7.080,36, pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB, Kamis (9/1).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 329,59 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 21 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp150,79 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 84 saham terkoreksi, sebanyak 116 saham menguat dan 248 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak melemah terbatas dalam rentang level 7.020 hingga 7.130.
“Pada perdagangan kemarin, Rabu (8/1) IHSG ditutup turun 0,04 persen atau minus 2,93 poin ke level 7.080. IHSG hari ini (9/1) diprediksi bergerak melemah terbatas dalam range 7.020-7.130,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 9 Januari 2025.
Baca juga: IHSG Berpotensi Melemah Terbatas, Ini Sentimen Pemicunya
Ratih menyoroti pergerakan IHSG yang melemah terbatas kemarin senada dengan outflow investor asing di pasar ekuitas domestik sebesar Rp353,78 miliar (8/1). Meski begitu, posisi rupiah tertekan, dengan rupiah spot melemah ke level Rp16.253 per dolar Amerika Serikat (AS) (9/1).
Outflow dan depresiasi nilai tukar rupiah tersebut mengikuti imbal hasil obligasi AS yang tercatat reli sejak Oktober 2024. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sempat menyentuh level 4,73 persen (8/1).
Di sisi lain, posisi cadangan devisa (Cadev) pada Desember 2024 tercatat sebesar USD155,7 miliar atau naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD150,2 miliar.
Kenaikan cadev diakibatkan oleh penerimaan pajak dan jasa, penerimaan devisa migas, serta penerbitan utang baru pemerintah. Secara keseluruhan, cadev pada Desember 2024 masih di atas standar kecukupan internasional.
Baca juga: Tutup Layanan Marketplace, Saham Bukalapak Turun 4,10 Persen
Adapun, dari mancanegara, indeks utama Wall Street bergerak bervariasi di tengah kenaikan imbal hasil obligasi AS. Sinyal kenaikan imbal hasil mengacu pada kehati-hatian pasar keuangan.
Pasalnya, pelaku pasar mencermati pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari 2025 mendatang dengan berbagai potensi kebijakan agresif terhadap tarif dan imigrasi.
Sementara, pejabat The Fed dalam risalah FOMC pertemuan Desember 2024 melihat adanya risiko kenaikan inflasi seiring adanya kebijakan baru. Proyeksi pemangkasan suku bunga di tahun 2025 hanya terjadi dua kali dari sebelumnya sebanyak empat kali masing-masing 25 bps. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Pemerintah akan mempersulit urusan administrasi bagi masyarakat pengemplang pajak, salah satunya, yakni pembuatan paspor. Ketua… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait dengan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)… Read More
Jakarta - Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta resmi menetapkan Pramono Anung dan Rano Karno sebagai… Read More
Jakarta – Aksi boikot terhadap Unilever dan perusahaan multinasional lain yang beroperasi di Israel turut… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan dua Peraturan OJK (POJK) baru yang mengatur… Read More
Jakarta – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut B. Pandjaitan optimis dengan adanya program makan bergizi gratis… Read More