IHSG Dibuka Flat Cenderung Melemah di Level 6.796

IHSG Dibuka Flat Cenderung Melemah di Level 6.796

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka flat cenderung melemah ke level 6.796,65 dari posisi 6.794,86, pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (20/2).

Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 318,08 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 19 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp258,40 miliar. 

Kemudian, tercatat terdapat 73 saham terkoreksi, sebanyak 172 saham menguat dan sebanyak 235 saham tetap tidak berubah.

Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak variatif dalam rentang level 6.750 hingga 6.870.

Baca juga: Saham WIKA Disuspensi BEI, Begini Tanggapan Manajemen

“Pada perdagangan kemarin, Rabu (19/2) IHSG ditutup turun 1,14 persen atau minus 78,68 poin ke level 6.794. IHSG hari ini (20/2) diprediksi bergerak mixed dalam range 6.750-6.870,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 20 Februari 2025.

Ratih menyebut, IHSG dilanda aksi profit taking setelah tiga hari beruntun mengalami penguatan. Hal itu juga sejalan dengan aksi outflow pada saham Big Banks yang memicu penurunan IHSG, di mana ivestor asing tercatat outflow sebesar Rp1,12 triliun (19/2).

“Pelaku pasar merespons negatif kebijakan Bank Indonesia (BI) yang tetap menahan suku bunga BI-Rate di level 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen,” imbuhnya.

Suku bunga yang tetap berfungsi sebagai upaya stabilisasi nilai tukar rupiah berpotensi menurunkan daya beli. Selain itu, permintaan kredit perbankan dan kualitas aset berpotensi melandai, sementara beban pendapatan bunga meningkat. Alhasil, kondisi tersebut dapat memengaruhi profitabilitas perbankan.

Adapun dari mancanegara, indeks utama Bursa Wall Street menguat terbatas. Pelaku pasar mencermati sikap hawkish The Fed pada risalah FOMC periode Januari 2025 yang sesuai dengan ekspektasi.

Baca juga: Bos BRI Ungkap Strategi untuk Menjaga Soliditas Meski Harga Saham Turun

Emiten sektor teknologi berbasis AI, yaitu Palantir Technologies Inc (PLTR) yang fokus pada cybersecurity dan supply chain mengalami koreksi tajam. Penurunan tersebut diakibatkan oleh pemerintah AS yang mempertimbangkan untuk memangkas anggaran sektor pertahanan.

Di sisi lain, bursa di kawasan Asia Pasifik mengalami koreksi setelah Presiden Trump menghendaki kenaikan tarif 25 persen atas impor mobil, semikonduktor, dan produk farmasi. Kenaikan tarif tersebut rencananya akan mulai berlaku pada 2 April 2025. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

Top News

News Update