Market Update

IHSG Berpotensi Melemah, Berikut Katalis Pemicunya

Poin Penting

  • IHSG berpotensi melemah menguji level support 8.300–8.325, seiring penutupan sebelumnya di 8.372 yang turun 0,20 persen.
  • Sentimen negatif berasal dari koreksi bursa global, menurunnya peluang pemangkasan suku bunga The Fed, serta pelemahan rupiah ke Rp16.720 per dolar AS.
  • Pasar menanti keputusan RDG BI dan rilis data ekonomi Tiongkok, dengan ekspektasi BI mempertahankan BI Rate 4,75 persen bila rupiah terus terdepresiasi.

Jakarta – Phintraco Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (14/11) secara teknikal berpotensi cenderung bergerak melemah.

“IHSG berpotensi cenderung melemah menguji support di 8.300-8.325,” tulis Research Team Phintraco Sekuritas dalam risetnya di Jakarta, 14 November 2025.

Sebelumnya, IHSG ditutup melemah di level 8.372,00 atau melemah 0,20 persen pada perdagangan kemarin (13/11), setelah sebelumnya sempat bergerak di teritori positif.

Baca juga: Phintraco Sekuritas Jadi Anggota Bursa Pertama Berlisensi Liquidity Provider Saham

Sentimen negatif yang mendorong pelemahan tersebut, salah satunya adalah koreksi indeks bursa global dan turunnya peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed.

Nilai tukar Rupiah kembali melemah dengan ditutup pada level Rp16.720 per US dolar di perdagangan kemarin. Selanjutnya, investor akan menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Selasa-Rabu depan. 

Jika rupiah berlanjut mengalami depresiasi, diperkirakan BI berpotensi masih akan mempertahankan BI Rate tetap di level 4,75 persen di bulan ini. 

Adapun, mayoritas indeks bursa Asia ditutup menguat didorong oleh berita berakhirnya government shutdown di AS.

Presiden Trump telah menandatangani RUU pendanaan menjadi UU untuk mengakhiri government shutdown AS yang terlama sepanjang sejarah. 

Sebelumnya, RUU tersebut telah mendapatkan persetujuan dari DPR AS dengan suara sebanyak 222-209, sebelum shutdown memasuki hari ke 43. 

Baca juga: KBank Resmi Kuasai 89,48 Persen Saham Bank Maspion, Perkuat Posisi Regional

Sedangkan dari Tiongkok (14/11), akan dirilis data industrial production bulan Oktober yang diperkirakan tumbuh 5,8 persen year-on-year (yoy) dari 6,5 persen yoy di September 2025. 

Selain itu, investor juga akan menanti data retail sales bulan Oktober yang diperkirakan tumbuh 2,2 persen yoy dari 3 persen yoy di September 2025. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

10 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

11 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

12 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

13 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

23 hours ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

23 hours ago