Direktur Utama IDSurvey, Arisudono Soerono. (Foto: Julian)
Jakarta – Krisis iklim bukan lagi isu jauh di luar negeri, tapi sudah hadir di depan mata. Gelombang panas, banjir, hingga kekeringan menjadi peringatan nyata bahwa dunia usaha harus berubah. Di titik balik ini, PT IDSurvey (Persero) mengambil posisi tegas dengan menjadi pendamping perusahaan menuju praktik bisnis hijau.
“Kami adalah jembatan antara standar keberlanjutan dan dunia usaha. Kami melihat peluang besar yaitu bisnis-bisnis yang ingin hijau, tapi belum tahu harus mulai dari mana. Di sinilah IDSurvey hadir sebagai enabler green business,” ujar Direktur Utama IDSurvey, Arisudono Soerono belum lama ini, di Jakarta.
IDSurvey merancang tiga pilar layanan Green Business sebagai panduan transformasi hijau dunia usaha:
Baca juga: UMKM Didorong Bangun Kemitraan Lokal Agar Tembus Pasar Ritel Modern
Melalui pendekatan tersebut, perusahaan klien tidak sekadar mendapat sertifikasi, tetapi juga langkah nyata menuju operasi yang lebih ramah lingkungan.
Transformasi hijau juga ditopang inovasi digital. Data laboratorium yang sebelumnya hanya berupa angka kini dikonversi ke format digital dan dipadukan dengan peta polusi berbasis satelit.
Hasilnya, pemantauan emisi bisa dilakukan lebih akurat, memungkinkan deteksi dini hingga pengendalian berbasis sains.
Beberapa proyek sudah menunjukkan dampak konkret. Misalnya, konversi limbah cair kelapa sawit (POME) menjadi biogas untuk co-firing yang berhasil mencatatkan 33,7 ribu ton CO₂e carbon credit di IDXCarbon.
Baca juga: OJK Ungkap Update Kasus Pindar KoinP2P, iGrow, Akseleran hingga TaniFund
IDSurvey juga membantu perusahaan manufaktur yang sebelumnya belum menghitung jejak karbon. Dengan pendampingan, perusahaan itu mampu melakukan carbon footprint assessment, menurunkan konsumsi energi, dan akhirnya menembus pasar global.
Arisudono menegaskan bahwa green business adalah kebutuhan mendesak, bukan sekadar tren.
“Kita sedang berada di titik balik sejarah. Di mana kita bisa memilih untuk melanjutkan cara lama atau membangun cara baru. Di IDSurvey, kami memilih menjadi bagian dari solusi. Kami memilih untuk tidak netral terhadap masa depan. Mari bersama, kita bangun Indonesia yang tidak hanya maju, tapi juga berkelanjutan,” tegas Arisudono.
Baca juga: Perusahaan Wajib Tahu, ESG Kini Jadi ‘Magnet’ Utama untuk Tarik Investor
Menurutnya, dunia usaha adalah pengguna sekaligus penghasil emisi terbesar. Namun, mereka juga memiliki sumber daya besar untuk melakukan perubahan.
“Green business bukan lagi pilihan. Tapi tanggung jawab sekaligus peluang,” ujarnya.
Green business mencakup banyak sektor, yaitu dari logistik yang bertransformasi menjadi green & smart port, green building yang hemat energi, eco-label pada produk, eco-tourism di pariwisata, hingga ekonomi sirkular dan sustainable financing untuk menopang proyek berkelanjutan.
“Perubahan iklim bukan hanya isu global, tetapi sudah menyentuh kehidupan sehari-hari kita. Tentang udara yang kita hirup, laut yang memberi makan, tanah tempat kita berpijak. Green business penting. Bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak untuk masa depan,” tutup Arisudono. (*)
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More