Jakarta – Pandemi Covid-19 mempercepat adopsi digital di berbagai lini kehidupan. Masyarakat semakin teredukasi dan terbiasa berinteraksi dengan teknologi di kehidupan sehari-hari. Digitalisasi pada beberapa industri pun sudah hadir di Indonesia. Setelah diawali dengan kehadiran e-commerce di awal tahun 2010 an, disusul kemudian dengan tren transportasi online, hingga merambah fintech dan juga dunia kesehatan.
Namun demikian, kini tren tersebut bergeser ke dunia perbankan. Berdasarkan survei yang dilakukan salah satu modal ventura First Round Capital terkait perkembangan teknologi, terlihat bahwa on demand economy menjadi salah satu contoh penerapan teknologi yang diprediksi akan semakin mendesak dibutuhkan oleh masyarakat. Melihat kebutuhan tersebut, Bank Neo Commerce (BNC) hadir dengan wajah dan identitas baru, memperkenalkan konsep bank digital bagi masyarakat.
Bank Neo Commerce, yang sebelumnya dikenal sebagai Bank Yudha Bhakti telah bertransformasi dan memiliki pengalaman perbankan lebih dari 30 tahun dan dipadukan dengan keahlian dan pengalaman melayani sektor teknologi finansial dari Akulaku, Bank Neo Commerce memiliki keunggulan untuk bisa memberikan pengalaman perbankan yang unik bagi masyarakat.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan mengatakan, BNC sangat serius untuk mewujudkan pengalaman perbankan baru bagi masyarakat. Salah satu bentuk keseriusan tersebut, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan berbagai penyedia layanan teknologi terkemuka di dunia, diantaranya dengan Huawei, Sunline, dan Tencent Cloud.
Pengalaman baru atau yang disebut dengan Neo experience yang ditawarkan ini, dituangkan melalui peningkatkan berbagai infrastruktur digital, “Shingga proses transaksi dapat lebih seamless dan juga guna mengantisipasi pertumbuhan jumlah nasabah secara eksplosif, dengan tetap mengedepankan faktor keamanan dan kerahasiaan data nasabah,” ujar Tjandra Gunawan dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 2 Maret 2021.
Transformasi yang terjadi pada BNC tidak hanya terlihat dari kulit luar dengan perubahan nama, tapi juga meliputi perubahan fundamental yang tercermin dari perubahan bentuk layanan dari sebelumnya konvensional menjadi digital. “Kami menyebutnya dengan Neo Bank atau Bank Neo. Digitalisasi perbankan yang kami sasar adalah benar-benar merombak pondasi perbankan kami yang sebelumnya tradisional menjadi digital secara bertahap,” jelas Tjandra.
Perubahan ini juga meliputi jenis layanan, cara melayani dan berkomunikasi dengan nasabah, yang mana dengan perubahan ini juga berarti akan menjangkau lebih luas pangsa pasar ke generasi muda yang sudah terbiasa dengan paparan teknologi.
“Dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini, yang mana proyeksi populasi produktif milenial usia 21 hingga 36 tahun berjumlah sekitar 63,5 juta orang di tahun 2020, hal ini menjadikan milenial sebagai mesin pertumbuhan yang signifikan untuk perekonomian Indonesia. Di tengah resesi ekonomi yang terjadi saat ini, BNC ingin berpartisipasi mempercepat pemulihan ekonomi dengan menyasar generasi muda untuk semakin melek finansial dengan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” ungkap Tjandra.
Riset dari Accenture 2019 Global Financial Services Consumer Study, generasi milenial dan Gen Z mengharapkan bank digital yang mampu menawarkan layanan lebih dari apa yang bank tradisional miliki saat ini. Diantaranya seperti transparansi keuangan, kemampuan akses layanan perbankan sepenuhnya melalui aplikasi, split bill, efisiensi layanan perbankan tanpa harus ke kantor cabang, dan berbagai inovasi berbasis teknologi lainnya.
“Kami ingin memberikan neo experience perbankan yang menyenangkan dan berbeda dengan sentuhan yang hangat dan khas anak muda. Salah satu upaya kami adalah dengan memperkenalkan inisiatif pemasaran perdana BNC, yaitu kampanye pemasaran #BeraniLebih. Kampanye ini merupakan bentuk semangat BNC untuk berani lebih baik dari sisi pelayanan, berani lebih baik untuk menawarkan produk perbankan yang kompetitif, berani lebih baik untuk memberikan neo experience perbankan yang menyenangkan. Selain itu, kampanye #BeraniLebih ini juga mengajak generasi muda untuk berani lebih dalam merencanakan keuangan sehingga dapat lebih cepat meraih impian mereka, tambah Tjandra.
Sebagai informasi, Bank Neo Commerce, yang sebelumnya dikenal sebagai Bank Yudha Bhakti, merupakan bank nasional yang telah berkiprah selama 30 tahun di dunia perbankan di Indonesia. Sejak tahun 2019, Akulaku mulai menjadi pemegang saham Bank Neo Commerce (BBYB), dan di tahun 2020, Bank Neo Commerce bertransformasi menjadi bank digital, dimulai dengan pergantian nama bank dan juga dikukuhkannya Bank Neo Commerce menjadi Bank Buku II oleh Otoritas Jasa keuangan (OJK).
“Nantikan kehadiran kami sebagai neo bank yang akan memberikan pilihan terbaik bagi masyarakat yang menginginkan layanan perbankan digital dengan tingkat keamanan yang tinggi yang juga menawarkan kebebasan dan kemudahan bertransaksi,” tutup Tjandra. (*)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More