Jakarta–Selain untuk mendorong pertumbuhan kredit, pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dari 8% menjadi 7,5%, juga diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Menyikapi pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut, Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini menyambut baik keputusan BI tersebut. Menurutnya, dengan menurunkan GWM Primer menjadi 7,5%, maka likuiditas perbankan diperkirakan bertambah Rp18 triliun sampai Rp19 triliun.
Namun demikian, dirinya berharap agar BI dapat menurunkan kembali GWM Primer menjadi 7%. Dengan begitu, likuiditas perbankan akan semakin bertambah dua kali lipat menjadi Rp38 triliun dan perbankan nasional memiliki porsi yang lebih besar untuk menyalurkan kreditnya di 2016.
“BI yang menurunkan GWM Primer itu, maka terbebaslah likuiditas sebesar Rp18-19 triliun. Mereka sudah exersize likuiditas bank bisa jadi segitu. Tapi sebaiknya kenapa BI gak diturunkan saja lagi 1%, kan tanggung kalau hanya 0,5%, sehingga likuiditas jadi Rp38 triliun,” ujar Zulkifli di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2015.
Sebelumnya, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M Juhro pernah mengungkapkan, penurunan GWM ini sudah mempertimbangkan kondisi eksternal dan internal yang juga sejalan dengan stabilitas makroekonomi yang semakin baik sehingga terdapat ruang pelonggaran kebijakan moneter.
Dengan adanya pertimbangan tersebut, bank sentral memutuskan untuk memangkas GWM Primer sebesar 0,5% menjadi 7,5%. Kendati demikian, dia mengaku, masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan kembali GWM Primer dari level tersebut. Menurutnya, BI akan evaluasi kembali dalam kedepannya.
“Kita pertimbangkan. Pokoknya kita hitungannya sementara di situ. Yaa sambil dievaluasi. Berdoa saja semoha masih ada ruang untuk penurunan itu (GWM Primer),” ucap Solikin.
Masih adanya ruang penurunan GWM Primer tersebut, kata dia, BI akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan kebijakannya. Hal ini sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama karena kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
“Sekarangkan kita bermain, apakah kedepan masih ada ketidakpastian ekonomi. Susah jugakan. Jadi bagaimana kita bsa memanfaatkan penurunan itu (GWM Primer). Semua itu ada dalam konteks policy discussion,” papar Solikin.
Ke depan, BI akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat struktur perekonomian, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga.
Sebagaimana diketahui, BI yang resmi menurunkan GWM Primer dari 8% menjadi 7,5% sejalan dengan ketentuan iyang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 17/21/PBI/2015 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional yang berlaku 1 Desember 2015. (*) Rezkiana Nisaputra
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More