Oleh Karnoto Mohamad, Wakil Pemimpin Redaksi Infobank
BANYAK juragan bank di Indonesia sedang tersenyum lebar. Karena laba banknya kian gendut, mereka bisa memetik cuan yang tebal dari modal yang tertanam di banknya. Pemilik bank yang paling bergembira adalah pemerintah Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tahun ini, pemerintah meraup dividen dari bank-bank BUMN sebesar Rp43,67 triliun, atau lebih dari separuh total setoran dividen seluruh BUMN yang ditargetkan Menteri BUMN sebesar Rp80,20 triliun pada 2023.
Kendati angka dividen tampak besar, namun injeksi modal pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN juga besar. Pada 2023, PMN yang diajukan Kementerian BUMN sebesar Rp57 triliun. Sedangkan pada 2022 pemerintah telah menyuntik BUMN sebanyak Rp71,8 triliun, diantaranya sebesar Rp23 triliun untuk Hutama Karya dan Rp3 triliun untuk Waskita Karya, dua perusahaan BUMN yang pegawainya dijauhi oleh kredit bank, salah satunya Bank Mandiri. Artinya, dividen yang dibayarkan bank-bank BUMN bisa dibilang untuk mensubsidi perusahaan BUMN lain yang kinerjanya jeblok.
Baca juga: Terlalu Besar, Rasio Dividen Perbankan Perlu Diatur
Dividend payout rasio yang besar juga dinikmati juragan bank-bank sektor swasta. Misalnya Grup Djarum, pemilik Bank Central Asia (BCA) yang tahun ini menebar deviden Rp25,3 triliun atau 62% dari laba bank sebesar Rp40,7 triliun tahun lalu. Lalu Chairul Tanjung juga meraup cuan dari Bank Mega yang tahun ini membayar deviden Rp2,83 triliun atau 70% dari laba sebesar Rp4,05 triliun pada 2022.
Sementara, CIMB Group asal Malasia yang menguasai 91,48% saham Bank CIMB Niaga pun mengantongi hampir seluruh deviden sebesar Rp3,05 triliun atau 60% dari laba yang mencapai Rp5,09 triliun tahun lalu. Sedangkan OCBC asal Singapura yang menguasai 85% kepemilikan saham Bank OCBC NISP menikmati sebagian besar deviden Rp1,3 triliun dari laba bank yang tahun lalu mencapai Rp3,30 triliun.
Menurut Kajian Biro Riset Infobank bertajuk Rating 106 Bank Umum 2023, pembayaran deviden merupakan hak pemegang saham yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan sejumlah faktor. Salah satunya, orientasi pemilik apakah mengutamakan output jangka pendek atau jangka panjang. Pemilik yang berorientasi jangka panjang akan mengutamakan kenaikan harga saham dan mereka mendapatkan keuntungan melalui capital gain saat menjual sahamnya.
Baca juga: Rasionalitas Dibalik Besaran Dividen Payout Ratio Perbankan yang Terlalu Tinggi
Faktor lainnya adalah permodalan, sangat dibutuhkan agar bank mampu menahan goncangan, meningkatkan basis usahanya menjadi lebih kompetif, melakukan investasi di bidang teknologi dan meraih keunggulan, serta mampu membayar bankir-bankir terbaik yang menjadi kunci penting keberhasilan bank. Maka jika ada pemilik bank yang kinerjanya ringkih dan bermodal cekak tapi tidak mau menambah modal dan justru butuh uang cepat, mereka harus segera mencari mitra strategis agar banknya lebih punya masa depan.
Apa faktor lain yang harus dipertimbangkan pemilik dalam menarik deviden banknya? Bagaimana daya tahan bank dalam menaan guncangan krisis setelah mengeluarkan deviden (dividend payout) yang begitu besar? Apa saja faktor pendongkrak laba perbankan Indonesia yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah? Bank-bank mana saja yang kinerja paling ciamik dan membuat pemiliknya tersenyum lebar? Baca selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 544 Agustus 2023.
Jakarta – KB Bank menjalin kemitraan dengan PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) melalui program… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024, kembali… Read More
Jakarta - Per 1 Januari 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan seluruh perusahaan asuransi dan… Read More
Jakarta – Meski dikabarkan mengalami serangan ramsomware, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) memastikan saat ini data… Read More
Jakarta - Di tengah tantangan global yang terus meningkat, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan segera meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) berbasis NFC (Near Field Communication)… Read More