Jakarta–PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (Danamon) membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2 triliun di semester pertama tahun 2017, atau tumbuh 18 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan laba sebesar Rp1,7 triliun.
“Pada semester satu tahun ini danamon mencatatkan pertumbuhan laba sebesar Rp2 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh penurunan biaya kredit dan efisiensi pengelolaan operasional Danamon,” ungkap Chief Financial Officer dan Direktur Danamon Vera Eve Lim di Menara Bank Danamon, Jakarta, Selasa, 25 Juli 2017.
Biaya kredit sendiri tercatat mengalami penurunan 23 persen dari Rp2,2 triliun pada semester satu tahun lalu, menjadi Rp1,6 triliun pada semester satu 2017.
Vera menambahkan, pada semester pertama tahun ini, Danamon juga terus memperluas layanan digital dengan peluncuran D-Connect, yang memberikan solusi terintegrasi untuk perbankan online dan mobile bagi segmen usaha.
“Kami terus memperluas layanan digital dan meluncurkan program point rewards D-Point sebagai apresiasi terhadap nasabah Danamon melaiui pengumpulan poin yang dapat diraih melalui berbagai aktivitas perbankan,” kata Vera Eve Lim.
Sedangkan pada beban oprasional, Danamon mencatatkan di angka Rp4,2 triliun, stagnan dari semester satu tahun lalu.
Sementara total aset Bank Danamon mengalami kenaikan dari Rp174 triliun pada semester tahun lalu, menjadi Rp 176 trilun pada semester satu tahun ini. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More