Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data neraca perdagangan Indonesia hingga Juli 2019 telah mengalami defisit senilai US$63,5 juta.
Kepala BPS Suhariyanto menyebut,
angka tersebut merosot dibandingkan posisi neraca perdagangan pada Juni 2019 yang masih surplus sebesar US$200 juta. Suhariyanto menilai, penurunan tersebut lebih diakibatkan oleh negatifnya angka ekspor migas.
“Defisit ini terjadi karena kenaikan ekspor minyak mentah, hasil minyak, dan gas,” ujar Suhariyanto di Jakarta, Kamis 15 Agustus 2019.
Tercatat untuk angka ekspor minyak dan gas (migas) sendiri naik signifikan 115,19 persen menjadi US$1,61 miliar dari sebelumnya hanya US$740 juta di Juni 2019.
Sementara itu, Suhariyanto menjelaskan, angka defisit tersebut terdiri dari sisi impor yang mencapai US$15,51 miliar atau tumbuh 34,96 persen dari bulan lalu. Sedangkan pada sisi ekspor sendiri juga mampu menyentuh US$15,45 miliar pada Juli 2019 atau meningkat 31,02 persen dari Juni 2019.
Dirinya menyebut, peningkatan kinerja impor juga terjadi pada sektor migas yang naik tipis 2,04 persen menjadi US$1,75 miliar dan nonmigas yang tumbuh 40,72 persen menjadi US$13,76 miliar. Sementara kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas). (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More