Jakarta – Industri asuransi umum mendorong masyarakat untuk sadar akan pentingnya memiliki asuransi bencana alam, salah satunya asuransi gempa bumi. Hal ini sejalan dengan rentetan kejadian gempa bumi yang belakangan terjadi di Indonesia.
Belum lama ini juga terjadi gempa besar yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan kekuatan 5,6 mw pada 21 November tahun lalu yang telah menyebabkan kerusakan meluas dan menyebabkan ratusan nyawa meninggal.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat 56.311 total rumah rusak dengan rincian rusak berat 22.267 unit, rusak sedang 11.836 unit, dan rusak ringan 22.208 unit akibat bencana gempa bumi tersebut.
PT Reasuransi Maipark Indonesia yang menspesialisasikan dirinya dalam gempa bumi dan risiko tertentu menyebutkan, akibat dari adanya bencana gempa Cianjur, Jawa Barat, tercatat ada 366 notifikasi klaim hingga 25 Januari 2023 dengan total nilai klaim sebesar Rp47,1 miliar.
Direktur Teknik PT Reasuransi Maipark Indonesia, Heddy Agus Pritasa, mengatakan bahwa dari adanya bencana tersebut total kerusakan tercatat mencapai Rp88,7 triliun. “Sekarang ini nilai klaim 100% yang klaim Rp47,1 miliar tetapi nilai bangunan yang kena klaim (rusak) itu Rp88,3 triliun,” ucap Heddy saat dihubungi Infobanknews dikutip, 30 Januari 2023.
Lebih lanjut, Heddy menjelaskan secara rinci jenis okupasi klaim yang diajukan, terbanyak untuk jenis bangunan komersial, seperti villa, kantor, dan pertokoan sebanyak 286 klaim, kemudian diikuti jenis bangunan industri seperti pabrik, manufaktur, atau gudang sebanyak 55 klaim.
“Jadi jenis okupasi yang kita sebut ACIR ini, agriculture ada 2, komersial ada 286, industri 55, residential (rumah tinggal) 23 klaim,” imbuhnya.
Ia pun menilai, angka klaim tersebut masih belum menyentuh angka final, dimana masih berpeluang terus meningkat, “Masih bisa bertambah,” ujar Heddy. Hal tersebut tercermin dari total klaim yang diajukan pada 7 Desember 2022 tercatat sebanyak 167 klaim.
Umumnya yang sering rusak dan menjadi klaim bagi asuransi umum adalah barang berupa rumah tinggal. Pasalnya, rumah tinggal memiliki konstruksi sederhana yang kerap tidak tahan terhadap guncangan gempa bumi. Klaim atas risiko gempa bisa juga terkait dengan barang yang ada di dalam rumah.
Imbas gempa juga bisa terjadi pada kerusakan di sektor perindustrian, komersial dan agrikultur, baik itu berupa gedung, pabrik, mesin, dan lainnya. Untuk itu, perlindungan asuransi gempa bumi atau Earthquake (EQVET) Insurance menjadi sangat penting untuk dimiliki masyarakat maupun pemerintah.
Nilai satu aset gedung dan bangunan pemerintah setidaknya bisa mencapai miliaran sampai triliunan Rupiah. Dengan asuransi, jika risiko yang tidak diinginkan seperti gempa bumi terjadi, maka ketahanan keuangan pemerintah akan ikut terbantu dan bisa fokus dialokasikan untuk kepentingan lain.
Tahun ini pembelian asuransi gempa bumi diprediksi sudah mulai akan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. Seperti yang terjadi di sektor komersial, industri, dan agrikultur. Hal ini tentunya menandakan bahwa pelaku usaha mulai memikirkan mengenai gempa bumi.
Namun untuk pembelian asuransi gempa bumi di sektor rumah tinggal belum terlihat akan membaik. Tantangan literasi masih menjadi pemicu utama. Tercermin bahwa peningkatan minat asuransi gempa bumi terjadi di beberapa wilayah seperti Padang dan Lombok, wilayah yang sebelumnya mengalami gempa bumi. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More