Jakarta – Akhir-akhir ini, modus kejahatan semakin beragam. Bahkan, di Negeri Paman Sam, ada yang namanya “Romance Scams” di mana para pelaku menargetkan akun-akun orang kaya dengan memanipulasi emosi korban.
Para pelaku romance scams berupaya untuk membangun hubungan dan kepercayaan dengan korbannya, agar para korban bersedia memberikan akses akun mereka atau mentransfer uang ke pelaku. Begitulah penjelasan Tracy Kitten selaku Direktur Penipuan dan Keamanan Javelin Strategy and Research, perusahaan layanan riset keuangan, sebagaimana dikutip CNBC, Rabu (3/7).
Menurut Komisi Perdagangan Federal, para konsumen telah kehilangan uang hingga USD1,14 miliar akibat romance scams di tahun 2023. Rata-rata kerugian per orang sebesar USD2.000, menjadikannya kerugian rata-rata per orang terbesar dalam sejarah penipuan yang dicatat Komisi Perdagangan Federal.
“Romance scams cenderung menjadi beberapa scam yang kian berbahaya karena mereka menargetkan emosi korban,” ujar Tracy.
“Hal-hal ini terjadi pada kehidupan nyata, ini bukan hanya pertunjukan yang kita lihat di Netflix,” tambahnya.
“Apa yang orang perlu sadari adalah pelaku di balik romance scams dapat memberikan edukasi di level kelas master terkait perilaku manusia,” ucap mantan Chief Information Officer Gedung Putih, Theresa Payton, yang sekarang menjabat sebagai CEO perusahaan cybersecurity, Fortalice Solutions.
“Mereka mengetahui semua perbedaan titik-titik kelemahan emosi yang kita semua miliki. Dari sanalah, mereka memanipulasi para korbannya,” jelas Theresa.
Baca juga: Mitigasi Risiko Jadi Jurus Bank Jago Halau Serangan Siber
Romance scammers mengelabui korban-korbannya dengan cara membuat mereka meyakini bahwa mereka bukanlah orang yang mereka pikirkan selama ini. Tracy menjelaskan, pelaku terlebih dahulu membangun hubungan dengan korbannya.
Ketika kepercayaan telah terbentuk, korban akan lebih mudah yakin untuk mengirimkan uang, menyediakan akses ke akun perbankan, dan dalam beberapa kasus, bahkan pencucian uang terjadi melalui akun para korban.
Sekitar 22 persen dari penasihat keuangan yang disurvei dengan klien yang terkena dampak penipuan pernah memiliki klien yang menjadi korban penipuan percintaan, menurut Javelin. Survei tersebut melibatkan 1.500 penasihat keuangan pada Juli 2023.
Seringkali, penjahat dunia maya menjangkau dan mengembangkan hubungan melalui platform media sosial, kata Tracy.
“Sangat mudah bagi mereka untuk membodohi korbannya karena tidak ada kontak tatap muka,” terangnya.
Sekitar 40 persen orang yang mengatakan mereka kehilangan uang karena penipuan percintaan pada tahun 2022 mengatakan bahwa kontak tersebut dimulai di media sosial, menurut temuan FTC.
Hampir tiga perempat atau 73 persen konsumen yang menjadi korban penipuan percintaan adalah laki-laki, menurut data Javelin. Untuk laporan tersebut, Javelin mensurvei 5.000 rumah tangga AS pada November 2022.
“Pada titik ini, kita semua terpapar,” kata Payton dari Fortalice Solutions. “Bahkan jika Anda tidak memiliki jejak media sosial yang besar, titik data anda ada di luar sana”.
Ada cara untuk mendeteksi apakah penipu asmara telah menargetkan kita. “Tanda peringatan terbesar,” kata Payton, adalah permintaan uang.
Berikut lima tanda peringatan lainnya:
Penipu dapat menggunakan bot yang dapat menjangkau ratusan orang sekaligus melalui nomor ponsel, alamat email, dan akun media sosial. Beberapa pesan sesederhana “hai”. “Yang diperlukan hanyalah satu orang untuk mengambil umpannya,” katanya.
Jika orang tersebut tiba-tiba sangat tertarik pada hal yang sama seperti kita, dan ingin melakukan percakapan melalui platform pesan langsung yang berbeda, itu bisa menjadi tanda bahaya lainnya.
Penipu akan membuat alasan untuk tidak ingin bertemu di kehidupan nyata. Namun terkadang alternatifnya bisa terjadi: Penipu mungkin meminta uang untuk biaya perjalanan untuk keluar dan menemui kita.
Jika penipu menghalangi kita untuk berbicara dengan keluarga atau teman yang memiliki minat romantis baru.
Jika kontak baru mendesak kita untuk mempertahankan hubungan, meminta uang atau informasi keuangan.
Baca juga: Serangan Siber di Pemerintahan Diprediksi Bakal Meningkat, Pengamat Beberkan Penyebabnya
Berikut lima hal yang dapat kita lakukan untuk memeriksa kontak baru, menurut Payton:
Gunakan alat pencarian terbalik untuk gambar online untuk memverifikasi gambar yang digunakan calon penipu.
Perhatikan informasi yang kita bagikan di media sosial.
Pastikan untuk mengajukan pertanyaan tentang latar belakangnya. Pantau apa yang mereka katakan dan cari ketidakkonsistenan.
Jangan mengirimkan informasi keuangan atau dana kepada orang yang pertama kali ditanya. Bicaralah dengan keluarga, teman, penasihat tepercaya, dan bankir tentang situasinya.
Mintalah untuk bertemu langsung dengan mereka di tempat umum atau dekat kantor polisi. Jika mereka bertindak “samar-samar,” kata Payton, “Anda sudah mendapatkan jawabannya.” (*) Steven Widjaja
Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More
Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More
Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More
Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More