Hariyadi Targetkan 4%-6% Peningkatan Literasi Keuangan Jika Terpilih DK OJK

Hariyadi Targetkan 4%-6% Peningkatan Literasi Keuangan Jika Terpilih DK OJK

Jakarta – Hariyadi adalah salah satu calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) yang Membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen. Dalam uji kelayakan dan kepatutannya hari ini (06/04), ia menargetkan peningkatan literasi keuangan di kisaran 4% – 6% per tahun jika terpilih menjadi DK OJK.

“Dengan level 38% sekarang, kami melihat inklusivitas juga harus diimbangi dengan literasi. Perkembangan ekonomi kita yang 6%-7% kalau kita kuantitatifkan, growth untuk literasi itu 4%-6% juga. Ini akan kita jadikan target beruntun di short term target. Literasi keuangan dengan kenaikan 4%-6% per tahun, ini bisa kita jadikan KPI untuk literasi dan edukasi konsumen,” ucap Hariyadi di Komisi XI, Selasa, 6 April 2022.

Ia menyadari, peran OJK dalam bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen saat ini belum maksimal, terutama bagi mereka yang ada di pedesaan dan daerah terpencil. Untuk itu, ia berencana akan menggandeng seluruh stakeholder di Industri Jasa Keuangan (IJK) untuk terus meningkatkan tingkat inklusi dan literasi pada masyarakat.

“Ini yang kita jadikan program action bahwa seluruh stakeholder dan masyarakat, termasuk konstituen seperti BPR adalah bagian dari yang akan kita gerakkan. Kita bisa menghadirkan peran konstituen untuk program literasi keuangan 5 tahun ke depan,” jelasnya.

Kemudian dalam proses regenerasi SDM, Hariyadi juga mengungkakan pentingnya institusi pendidikan seperti OJK Institute maupun BI Institute. Ia mengungkapkan setiap tahunnya BI mengambil calon SDM-SDM terbaik dari berbagai universitas di Indonesia untuk dididik dalam institusi yang ada.

Lebih jauh, Hariyadi juga menyoroti tentang penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang perlu diperkuat dalam IJK. Hal ini sejalan dengan peningkatan digitalisasi pada sektor perbankan yang memerlukan pemahaman baik pada SOP yang ada.

“Jadi, langkah pengaturan SOP internal itu harus dijaga. Unsur supervisi, strictness regulasi dan SOP itu menjadi bagian yang penting. Di situlah, titik-titik kelemahan dalam teknologi,” jelasnya. (*)

 

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News