Ekonomi dan Bisnis

Harga Tiket Pesawat Mahal Karena Diskon Dikurangi

Jakarta – Harga tiket pesawat yang mahal dikeluhkan masyarakat belakangan ini. Pihak maskapai mengaku harga tiket tidak melanggar regulasi alias tidak melampaui tarif batas atas. Namun selama ini masyarakat sudah terbiasa dengan tarif yang di diskon.

Ketua INACA Ari Askhara menegaskan, harga tiket masih di bawah tarif batas atas yang ditetapkan regulator. Ia mengaku banyak komponen biaya yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tarif. Kinerja maskapai tertekan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan kenaikan harga avtur.

“Bisnis ini memang very tight. Margin hanya sekitar 1-3%. Margin 3% itu sudah paling bagus dan bisa didapat dengan harga yang selangit. Harga avtur yang tinggi juga menjadi beban. Avtur menyumbang 40-45% dari total beban maskapai. Bila Pertamina bisa turunkan harga avtur, kami bisa turunkan harga tiket. Saat ini kami sedang komunikasikan ke semua stakeholder,” terangnya di Penang Bistro, Jakarta, Selasa 15 Januari 2018.

Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo menambahkan, sebenarnya maskapai tidak menaikkan harga, namun diskon yang selama ini dinikmati masyarakat ditarik atau dikurangi. Sebenarnya, maskapai bisa menikmati margin positif bila tiket dijual di kisaran tarif batas atas.

“Maka itu maskapai harus melakukan banyak inovasi untuk meraih pendapatan lain. Misalnya di Citilink kita jual space dalam pesawat untuk iklan. Bagian luar juga bisa dibranding untuk menyumbang pendapatan tambahan. Ada lagi inovasi misalnya penjualan makanan,” imbuh Juliandra.

Sementara Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, polemik mahalnya harga tiket pesawat ini membuat masyarakat shock atau kaget. Memang masih sesuai regulasi, namun maskapai dinilainya gagal memahami psikologi konsumen.

Masyarakat selama ini terbiasa mendapatkan tiket dengan harga diskon. Ketika tiba-tiba dinaikan ke harga mendekati keekonomian, masyarakat kaget. Apalagi ditambah rencana bagasi berbayar.

“Kayak BBM subsidi dicabut kan nggak enak. Ketika dicabut ya shock dan collapse. Dan ini yang tidak dipahami. Shock juga terjadi terlalu tinggi, secara kasat mata, kenaikan 80% sampai ratusan persen,” tegasnya. (Ari A)

Risca Vilana

Recent Posts

Jumlah SID Naik, BEI Gaspol Tingkatkan Keaktifan Investor di Pasar Modal

Balikpapan – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah single investor identification (SID) menembus 14 juta per… Read More

8 hours ago

Generali Indonesia Beri Perlindungan Asuransi bagi 6.000 Pelari di PLN Electric Run 2024

Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More

8 hours ago

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

15 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

16 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

1 day ago

KemenKopUKM Gandeng Surveyor Indonesia Verifikasi Status Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More

1 day ago