Perbankan

Harga Saham Turun 60%, Credit Suisse Dikhawatirkan Bangkrut

Jakarta – Salah satu lembaga bank besar dunia, Credit Suisse dikhawatirkan bangkrut karena harga sahamnya turun hingga 60% selama satu tahun ini, tercatat mendekati harga terendahnya. Hal ini juga diperparah dengan semakin menurunnya transaksi kredit di bank tersebut.

Gagalnya layanan kredit Bank Credit Suisse yang meningkat hingga 15% di minggu lalu, membuat bank ini berada pada kondisi financial crisis seperti pada tahun 2009. Sontak, para investor lalu khawatir dengan kesehatan finansial salah satu bank terpenting di dunia ini.

Financial Times bahkan melaporkan bahwa jajaran eksekutif Credit Suisse tengah sibuk dengan smartphone mereka di akhir pekan untuk menenangkan ketegangan pasar.

“Tim kami secara aktif terus berkomunikasi dengan para klien dan rekanan besar kami pada akhir pekan kemarin. Dan kita juga menerima telpon masuk dari para investor top kita, memberikan dukungannya kepada kita,” ujar seorang eksekutif pada Financial Times, seperti dikutip dari news.com.au, 4 Oktober 2022.

Kondisi tersebut muncul ketika Direktur Utama Credit Suisse, Ulrich Koerner, menerbitkan sebuah memo kepada segenap jajaran pekerja pada Jumat minggu lalu, mengatakan bahwa Credit Suisse berada pada momen kritis dimana korporasi tengah menyiapkan pemeriksaan menyeluruh.

Detail retrukturisasi besar-besaran akan disampaikan melalui review strategis yang dijadwalkan pada 27 Oktober ini. Melalui strategic review tersebut, Credit Suisse diperkirakan akan merumahkan 5.000 pekerja yang disertai dengan penjualan aset korporasi.

Namun demikian, dalam memo itu, Ulrich juga menyampaikan kepada para karyawan untuk tidak khawatir dengan pelemahan harga saham korporasi, mengingat adanya permodalan dan likuiditas yang kuat.

“Yang bisa saya katakan kepada anda adalah tetap disiplin dan tetap dekat dengan para klien dan rekan kerja anda. Saya paham bahwa tidaklah mudah untuk tetap fokus di tengah banyaknya pemberitaan negatif di media. Apalagi banyak pernyataan-pernyataan tidak akurat muncul di sana. Saya percaya anda tidak mencampur adukkan performa harga saham dengan kondisi permodalan dan likuiditas yang kuat,” tegas Ulrich.

Seorang eksekutif lainnya menyampaikan kepada Financial Times bahwa dirinya membantah laporan terbaru yang mengatakan Credit Suisse sudah mendekati investor untuk meningkatkan permodalan. Ia bersikeras bahwa korporasi sedang menghindari kebijakan penambahan modal.

Di lain sisi, Bloomberg mencatat kapitalisasi market bank terbesar kedua di Swiss itu telah turun ke sekitar 10 miliar Swiss francs (USD15,8 miliar), turun 30 miliar lebih (USD47,5 miliar) sejak Maret 2021. Ini berarti penjualan sahamnya saat ini akan menjadi ilusi semata untuk para investor jangka panjang.

Para analis telah memperkirakan Credit Suisse perlu meningkatkan dana sebesar 4 miliar Swiss francs (USD6,3 miliar), bahkan setelah menjual aset-asetnya untuk mendanai restrukturisasi, upaya pertumbuhan, dan mengantisipasi ketidakpastian lainnya.

Jajaran eksekutif korporasi telah mencatat sebelumnya bahwa kapital rasio CET1 Credit Suisse, metode untuk mengukur kekuatan finansial yang membandingkan permodalan bank dengan asetnya, adalah 13,5% per 30 Juni, di atas ambang batas 10% yang diwajibkan oleh otoritas Swiss dan regulasi internasional yang minimum 8%.

“Posisi kita di sini sudah jelas. Credit Suisse memiliki posisi likuiditas dan permodalan yang kuat, yang diimbangi juga dengan neraca keuangan yang baik. Harga saham tidak mengubah fakta tersebut,” para pekerja diberitahu melalui memo lainnya pada Minggu.

Selain Credit Suisse yang sedang diisukan bangkrut di media sosial, lembaga bank asal Jerman, Deutsche Bank, juga diisukan hal serupa. Harga saham Deutsche Bank turun 40% selama satu tahun ini, dengan tingkat kegagalan transaksi kreditnya yang juga meningkat dalam beberapa hari belakangan.

Kedua bank tersebut dipandang sebagai bank besar global, dan berpotensi untuk mendapatkan dana talangan dari pemerintah. Secara total, mereka berdua mengelola aset sekitar USD2,8 triliun. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Banyak Fitur dan Program Khusus, BYOND by BSI Raih Respons Positif Pasar

Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More

10 hours ago

Pekan Kedua November, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp7,42 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More

12 hours ago

IHSG Sepekan Turun 1,73 Persen, Kapitalisasi Pasar Bursa jadi Rp12.063

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More

13 hours ago

Top! Baru Setahun, Allianz Syariah Sudah jadi Market Leader

Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More

17 hours ago

BPR Syariah BDS Serahkan Cash Waqf Linked Deposit Rp111 Juta ke Warga Yogyakarta

Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More

1 day ago

Antusiasme Mahasiswa Udayana Sambut Gelaran Literasi Keuangan Infobank

Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More

1 day ago