Pasar Modal

Harga Gas Industri Dipangkas, Kinerja Saham PGN Bisa Bearish

Jakarta – Dampak penurunan harga gas industri terhadap kinerja PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) diprediksi cukup besar. Bahkan, diperkirakan PGN kinerja sahamnya juga akan terus mengalami tekanan.

“Perlu dipahami bahwa korelasi antara indeks harga saham, di mana PGN sebagai perusahaan publik (terbuka) dengan investasi langsung dari luar negeri (Foreign Direct Investment/FDI) sangat tinggi,” tutur Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing di Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Sebastian menjelaskan, investor di bursa yang memiliki saham PGN di pasar saham diprediksi akan mengalami banyak kerugian seiring dengan tekanan penurunan harga gas. Kondisi ini, dinilainya juga akan sangat memengaruhi investor saham yang memiliki saham di sejumlah BUMN lainnya.

“Para investor butuh kepastian investasi, baik investasi secara langsung atau yang melalui pasar bursa dan sebagainya. Ini logika sederhana, jika pemerintah saja bisa memerlakukan BUMN secara semena-mena dengan memangkas keuntungan badan usaha, bagaimana dengan swasta?” ujar dia.

Sebastian bercerita, tahun lalu ketika PGN akan menaikkan harga jual gas industri, perseroan telah memberi tahu kalangan industri beberapa bulan sebelumnya. “Ironisnya, sehari sebelum pelaksanaan kenaikan harga, pemerintah langsung membatalkan rencana kenaikan harga tersebut,” katanya lagi.

Dia menambahkan, di satu sisi bukan jaminan pula jika harga gas industri diturunkan maka industri akan langsung tumbuh dengan pesat. “Tidak ada yang bisa jamin jika harga gas industri turun maka otomatis industri akan meningkat,” ucap Sebastian.

Terkait soal analisa perkembangan saham emiten berkode PGAS ini, Sebastian memberikan sebuah ilustrasi. Saat ini spread rata-rata harga gas PGN adalah USD 2,32 per MMBTU.

“Jika spread-nya diturunkan menjadi USD2 per MMBTU, maka pada tahun ini EBITDA perseroan akan turun menjadi USD914 juta, lalu laba bersih hanya USD187 juta, dan target harga (target price/TP) saham PGN akan turun menjadi Rp1.500 per lembar saham,” kata Sebastian.

Spread adalah selisih antara harga beli gas dengan harga jual gas. Kondisi PGN akan terus tertekan jika spread-nya menjadi USD1,5 per MMBTU. “EBITDA-nya akan turun lagi menjadi USD749 juta, laba bersih USD91 juta, dan TP menjadi Rp800 per lembar saham,” terang Sebastian.

Sebastian memastikan, jika spread PGN kembali terkoreksi menjadi di bawah USD1 per MMBTU maka Price Earning/PE (analisis fundamental yang menggambarkan seberapa besar investor menilai/menghargai suatu saham) dapat tinggal satu digit dan saham PGAS bisa terjun bebas di level Rp460 per lembar saham. (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

Dukung Digitalisasi Bisnis, Unifiber Luncurkan NOC Berskala Internasional

Jakarta - Unifiber, lini bisnis infrastruktur digital di bawah naungan PT Asianet Media Teknologi (Asianet),… Read More

31 mins ago

Pasarkan Produk Reksa Dana, Bank INA Kolaborasi dengan Sequis Aset Manajemen

Jakarta – PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank INA) menjalin kerja sama strategis dengan PT… Read More

1 hour ago

Bank DKI Tegaskan Pentingnya Peran ‘CISO’ dalam Keamanan Siber

Jakarta - Serangan siber bisa datang kapan saja dan di mana saja. Pelaku usaha di… Read More

1 hour ago

Trump Effect Bikin Harga Bitcoin Cetak Rekor ATH, Tembus Level USD74.874

Jakarta – Harga bitcoin (BTC) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH)… Read More

2 hours ago

Bangunan Hijau Sokong Operasi Keberlanjutan Bank Mandiri

Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat komitmen dalam mengurangi jejak karbon dari kegiatan operasionalnya, salah… Read More

2 hours ago

Pengendali Saham KB Bank Biayai Operasi Jantung 10 Anak RI di Korea

Jakarta - KB Kookmin Bank, pemegang saham pengendali KB Bank, memberikan bantuan medis berupa biaya… Read More

2 hours ago