Jakarta – Penguatan pada harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade membantu harga CPO dibuka menguat, meski kemudian bergerak turun ke level 2,760 ringgit per ton akibat penguatan ringgit Malaysia.
Fokus investor saat ini akan tertuju pada laporan &ngkat permintaan, suplai, dan produksi CPO dari USDA untuk bulan November, disusul oleh laporan permintaan dan suplai CPO oleh MPOB untuk bulan Oktober.
Di sisi lain, harga minyak mentah yang masih kokoh di level USD57 per barel juga turut menopang harga CPO, di tengah ekspektasi konsensus pemangkasan output minyak sebelum pertemuan OPEC dan upaya Arab Saudi membersihkan pemerintahannya.
Riset Monex Investindo Futures, Rabu, 8 November 2017, mengungkapkan secara teknikal, outlook bullish untuk CPO selama harga bertahan di atas level 2,710 ringgit per ton.
Sementara resisten terdekat ada pada area 2,830, break ke atas area ini akan membuka jalan untuk menuju area 2,900. Sementara itu, break ke bawah 2,710 berpotensi mengubah tren menjadi bearish setidaknya menuju 2,660. (*)
Jakarta - Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mendorong industri perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah… Read More
Jakarta – Indonesia dan negara berkembang lainnya menuntut komitmen lebih jelas terhadap negara maju terkait… Read More
Jakarta – Kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS) Harrier milik Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE… Read More
Bangkok – Indonesia dianggap sebagai pasar yang menarik bagi banyak investor, khususnya di kawasan Asia… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mendukung program pembangunan 3 juta rumah Presiden Prabowo Subianto yang… Read More
Padang - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengapresiasi kinerja Koperasi Konsumen Keluarga Besar (KSUKB)… Read More