Jakarta – Virus covid-19 telah bermutasi dan menghasilkan berbagai varian baru seperti B.1.1.7 asal Inggris, B.1.351 varian asal Afrika Selatan hingga varian P.1 dari Brazil.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman/Pakar Mikrobiologi Klinik Prof. Amin Soebandrio, dr, PhD, SpMK(K) menjelaskan, hal tersebut wajar saja terjadi pada virus. Namun dari banyaknya mutasi tersebut hanya 4% mutasi covid-19 yang menyebabkan virus menjadi lebih berbahaya atau lebih ganas.
“Dari sekian banyak mutasi hanya 4% yang menyebabkan virus itu menjadi lebih berbahaya dan menyebabkan perubahan signifikan sebagian besar akan mati virusnya atau tidak terjadi apa-apa,” kata Amin melalui video conference di Youtube BNPB Indonesia, Jumat 12 Maret 2021.
Dirinyapun menjelaskan perbedaan antara mutasi hingga varian. Dijelaskannya bilamana virus masih baru proses membelah diri atau menularkan satu sama lain bisa dikatakan mutasi. Namun bilamana virus tersebut sudah diteliti dan dilihat level penularan hingga jenisnya dapat dikatakan varian baru.
“Jadi virus ini dimanapun berada kalau dia bertambah banyak akan mengalami mutasi secara acak,” ucap Amin.
Sebagai informasi saja, dengan banyaknya mutasi covid-19 tersebut, sejak Desember 2020, pemerintah Indonesia terus melakukan pengawasan dan pencegahan, dengan menerapkan peraturan yang terkait dengan mobilitas masyarkat, dan pengawasan pelaku perjalanan internasional. (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More