Poin Penting
Jakarta – Industri keuangan perbankan menghadapi tantangan yang belum pernah ada sebelumnya, yakni era TUNA (Turbulent, Uncertain, Novel, Ambiguous). Adopsi teknologi akan menjadi salah satu faktor utama keberhasilan perbankan menghadapi tantangan dunia yang semakin digital.
Saat ini, perbankan dituntut agar bisa memenuhi keinginan pasar yang menginginkan real time payment, open banking, interkoneksi lintas sistem, lintas batas negara, tokenisasi aset, hingga optimalisasi data dan adopsi kecerdasan buatan (AI).
Layanan keuangan digital tumbuh masif. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, transaksi ekonomi keuangan digital (EKD) pada 2020 baru 8 miliar transaksi. Angkanya meroket menjadi 37 miliar transaksi di 2024, dan diproyeksikan tembus menjadi 147,3 miliar transaksi pada 2030.
Baca juga: OJK: Teknologi AI Bantu Industri Pindar Tekan Risiko Kredit Macet
Director Application Services Business PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) Jip Ivan Sutanto mengungkapkan, untuk mengakomodasi tuntutan layanan keuangan digital perbankan, penggunaan teknologi menjadi penentu. Perbankan didorong mengadopsi teknologi yang bisa menghubungkan seluruh aplikasi dan sistem, serta memecah hambatan silo data.
Ia menyebut IBM Cloud Pak for Integration (CP4I) bisa menjadi salah satu pilihan. Teknologi ini adalah solusi integrasi di lingkungan hybrid dan multicloud bertenaga AI. Perusahaan pun bisa mengintegrasikan API, data, dan layanan dengan mudah. Dengan IBM CP4I, perbankan bisa mengelola semua beban kerja melalui satu bidang kontrol.
“Solusi ini akan semakin tangguh jika dipasangkan dengan solusi IBM Event Automation,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis, 23 Oktober 2025.
IBM Event Automation adalah solusi berbasis peristiwa (event). Solusi ini juga didukung AI. Jadi perusahaan bisa mendeteksi situasi secara real-time, baik terkait layanan bisnis maupun ancaman, automatisasi pengambilan keputusan, dan memaksimalkan potensi pendapatan.
Solusi ini menyatukan teknologi open-source seperti Apache Kafka dan Apache Flink. Berjalan di infrastruktur OpenShift, IBM Event Automation menjadi lebih aman dan dapat diskalakan. Jadi perbankan dan perusahaan di industri lain tidak lagi bergantung pada proses manual, tapi beroperasi dalam ekosistem yang terintegrasi, responsif, dan terautomatisasi.
“Ini bisa menjawab tuntutan di industri perbankan saat ini,” tegas Jip Ivan.
Baca juga: Begini Jurus Perusahaan Teknologi China Gaet Konsumen RI
Adapun Farida Peranginangin, Head of Payment System Implementation Department Bank Indonesia dalam Infobank Outlook 2026 bertema “Connected Banking Architecture: Real-Time, Resilient, Revenue-Ready” di Jakarta beberapa waktu lalu, mengatakan, perbankan sekarang ini memang harus mengikuti tuntutan pasar.
“Ini selaras dengan asumsi bahwa dominasi generasi Y, Z, dan Alpha yang mencapai 60 persen pada 2030 akan menjadi pendorong utama permintaan layanan digital yang cepat dan terintegrasi,” ujarnya. (*) Ari Astriawan
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More