Jakarta – PT Bank OCBC NISP terus melakukan transformasi digital dengan mengadopsi teknologi Office 365 guna meningkatkan produktivitas dan daya saingnya antar perbankan di Indonesia. Implementasikan Office 365 sebagai langkah strategis untuk transformasi perusahaan.
Executive Vice President IT Bank OCBC NISP David Formula mengatakan, selama ini pihaknya telah berfokus pada percepatan bisnis dengan menciptakan produk customer centric dan inovasi layanan. Perseroan melihat, bahwa disrupsi teknologi bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai sebuah peluang.
Sebagai sebuah bank, kata dia, digitalisasi sebagai penggerak utama bagi proses otomasi dan juga penyediaan nilai tambah bagi para nasabah. Dirinya percaya, bagian dari percepatan bisnis adalah penggunaan bantuan teknologi yang tepat, memungkinkan bank untuk lebih cepat, kolaboratif, dan efisien.
“Kami ingin setiap pekerja memiliki pola pikir digital yang dapat membantu perusahaan memiliki daya saing di era disruptif ini, sambil juga memprioritaskan keamanan dan kepercayaan pelanggan,” ujar dia dalam keterangannya yang dikutip, Kamis, 31 Mei 2018.
Dia menilai, saat teknologi mobile dan berbasis cloud semakin maju, salah satu aspek paling penting dalam perjalanan transformasi digital di Indonesia adalah memberdayakan setiap karyawan untuk bekerja di manapun dan kapanpun secara aman.
Microsoft 365 merupakan sebuah solusi pintar yang didalamnya termasuk Office 365, Windows 10, dan Enterprise Mobility + Security yang diadopsi oleh OCBC untuk memberdayakan seluruh karyawan dapat bekerja dalam platform yang aman, sambil mempersingkat manajemen IT dengan satu solusi, diciptakan khusus untuk bisnis.
“Setiap pekerja kini dapat berkolaborasi pada perangkat apapun, kapanpun, dan dimanapun,” ucapnya.
Menurutnya, meningkatnya ancaman keamanan dalam ekonomi digital saat ini, merupakan hal yang nyata dan tidak dapat diabaikan. Serangan siber dan penipuan adalah ancaman utama setiap bank saat ini. Menjamin keamanan, kerahasiaan, dan kepatuhan adalah kunci untuk membantu perbankan untuk melanjutkan transformasi digital.
Baca juga: Jelang Lebaran, OCBC Siapkan Uang Tunai Rp2 Triliun
Dengan demikian, melindungi data sensitif memerlukan sebuah pendekatan baru yang terintegrasi. Microsoft berinvestasi lebih dari US$1 miliar setiap tahunnya pada riset dan pengembangan keamanan siber selama bertahun-tahun, untuk memastikan pelanggannya tetap terlindungi
“Orang tidak menggunakan teknologi yang mereka tidak percayai. Ini merupakan aturan utama yang berlaku bagi setiap perusahaan dan individu karena kita hidup di era mobile-first dan cloud-first,” tegas Haris.
Penelitian Microsoft pada 2017 menemukan bahwa para pimpinan bisnis di Industri Jasa Keuangan di Asia Pasifik sedang menyambut Revolusi Industri ke-4. Sebanyak 81 persen di antaranya percaya bahwa mereka perlu bertransformasi menjadi bisnis digital untuk memungkinkan pertumbuhan di masa yang akan datang, dan hanya 31 persen yang menyatakan bahwa mereka memiliki strategi digital penuh saat ini.
Dari 265,4 juta penduduk Indonesia, sekitar 132,7 juta atau 50 persen dari populasi Indonesia tercakup oleh penetrasi internet di awal tahun 2018. Studi Microsoft Asia Workplace 2020 menunjukkan bahwa 85 persen responden di Indonesia menganggap diri mereka sebagai pekerja mobile dan menghabiskan 20 persen waktu bekerja di luar kantor, dan hanya 58 persen yang merasa diberdayakan oleh budaya organisasi dan manajer untuk bisa bekerja bersama secara produktif dan kolaboratif.
Direktur Utama Microsoft Indonesia Haris Izmee menambahkan, setiap perusahaan dirasa perlu mempertimbangkan kembali bagaimana memberdayakan tenaga kerjanya dengan budaya, kebijakan, infrastruktur dan peralatan yang tepat untuk memaksimalkan potensi mereka. Hal ini berarti mengizinkan kolaborasi dari manapun, dalam perangkat apapun.
Selain itu, sangat penting bagi setiap pimpinan bisnis untuk mengevaluasi dan mengimplementasi setiap perubahan untuk menghadapi tantangan budaya dan manajemen, yang menghambat setiap pekerja untuk bekerja tanpa hambatan, dari manapun mereka berasal. “Hal ini dapat menghalangi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dalam zaman digital ini,” jelasnya.
Industri perbankan Indonesia mencatat sebuah tren penurunan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan bagaimana perusahaan telah menjadi lebih efisien. Digitalisasi industri perbankan telah memainkan peran penting dalam mengatasi berbagai permasalahan. Peluang ini telah ditangkap Bank OCBC NISP, dengan bantuan Microsoft Indonesia, untuk memulai perjalanan transformasi digitalnya dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasaran. (*)
Direktur Pemberdayaan dan Layanan UPZ CSR BAZNAS RI Eka Budhi Sulistyo (kanan) dan Seketaris Perusahaan… Read More
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi tengah membrikan sambutan saat Musyawarah… Read More
Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Haryanto T. Budiman memberikan sambutan saat peluncuran program… Read More
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More