Jakarta – H. Satono adalah rising star di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dan akan dilantik menjadi Bupati Sambas pada medio Juni 2021, bersama pasangannya, Fahrur Rofi. Pria berusia 41 tahun ini membuat kejutan dengan memenangkan Pilkada Desember 2020 padahal posisinya tidak diperhitungkan dibanding tiga paslon lain, terlebih melawan petahana, Athah-Hairiah. Menariknya, dia bukan kader partai politik (parpol) atau figur terpandang di daerahnya.
“Saya ini PNS eselon III. Waktu itu kami diprediksi orang kami tidak akan menang, apalagi saya keturunan Tionghoa dan melawan petahana,” kisahnya kepada sejumlah senior editor pada acara Halal Bihalal di Jakarta, kemarin (25/5).
Satono mengaku terpanggil untuk memperbaiki perekonomian daerah Kabupaten Sambas yang menurutnya kurang diupayakan oleh kepala-kepala daerah sebelumnya. “Memang APBD Kabupaten Sambas kecil, tapi harus dikelola secara maksimal dengan program-program kongkrit, karena dibutuhkan masyarakat adalah kesempatan kerja dan berusaha, kesehatan, serta pendidikan,” jelas Ketua Dewan Da’wah Kabupaten Sambas ini.
Dia menjelaskan, apa yang dibutuhkan masyarakat daerahnya harus dipenuhi dan pihaknya berusaha merangkul berbagai pihak untuk berperan memajukan ekonomi daerahnya seperti para petinggi di pemerintah pusat, pengusaha, putra daerah sukses, hingga media massa. “Terus terang Kabupaten Sambas ini kurang dikenal, kami punya komoditas jeruk siam dengan produksi 1,2 jutaan ton per tahun, tapi orang tahunya jeruk Pontianak,” imbuh Ketua Persatuan Islam Tionghoa Kabupaten Sambas ini.
Kabupaten Sambas juga memiliki figur-figur putra daerah yang berhasil seperti dari Kecamatan Pemangkat, salah satu dari 19 Kecamatan di Sambas, dan telah menjadi pengusaha maupun profesional sukses, diantaranya Vincent Claudius pemilik Swan Jewellery, Benny Wennas Chairman Barly Group, Djap Tet Fa, CEO Astra Tol Nusantara, atau Jun Men pebisnis ekspor impor. “Mereka bisa menjadi contoh, sekaligus berperan untuk memajukan daerah melalui pengalamannya sebagai pelaku usaha,” ujar jebolan Pesantren Ibnu Taimiyah Singkawang itu.
Satono sadar bahwa pemerintah daerah tidak bisa memajukan daerah hanya dengan menggantungkan APBD sehingga membutuhkan investor, sektor jasa keuangan seperti perbankan, serta pelaku usaha, agar potensi sumber daya ekonomi yang ada di Kabupaten Sambas bisa dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ada sektor-sektor yang menjadi keunggulan komparatif di daerah Sambas seperti pertanian, hortikultura, dan perikanan, untuk diolah secara kompetitif untuk meningkatkan nilai ekonomi.
“Pariwisata juga perlu dikembangkan untuk meningkatkan mobilisasi orang sehingga bisa menumbuhkan sektor UMKM,” imbuhnya.
Pemerintah Kabupaten Sambas akan mengundang investor dan pelaku usaha untuk ikut mengolah berbagai potensi sumber daya alam tersebut. “Agar investor tertarik datang ke Sambas, kami tentunya perlu memperbaiki kualitas birokrasi agar menjadi lebih efektif dan menfasilitasi berbagai kepentingan masyarakat maupun investor yang ingin berperan dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Sambas,” pungkasnya. (*) Karnoto Mohamad
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More