News Update

George Soros Khawatirkan Krisis Keuangan Baru

Paris – George Soros, Sang Miliarder dunia mengkhawatirkan adanya “krisis keuangan besar” yang mengintai. Seperti dikutip dari Money.cnn.com, pada pertemuan tahunan Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri di Paris, Selasa lalu, Soros mengatakan bahwa meningkatnya sentimen anti-Uni Eropa, gangguan terhadap kesepakatan Iran, melonjaknya dolar, serta investor yang menarik uang dari emerging market merupakan berita buruk dalam ekonomi global.

“Kita mungkin menuju krisis keuangan besar lainnya,” kata Soros.

Kebangkitan populisme di Eropa merupakan masalah yang signifikan.”Uni Eropa berada dalam krisis eksistensial. Segala sesuatu yang bisa salah telah menjadi salah,” imbuh Soros.

Menurutnya, program penghematan Uni Eropa sejatinya justru mengarah pada krisis Euro. Hal itu memunculkan gerakan anti-Uni Eropa yang sebagian bertanggung jawab atas Brexit dan kekacauan politik belakangan ini di Italia.  Ada tiga faktor yang kini mejadi tiga tantangan terbesar yang dihadapi Eropa, yakni refugee crisis yang terjadi di Eropa, ketegangan, dan perpecahan teritorial.  Soros memperingatkan bahwa pelepasan Brexit akan menjadi proses yang panjang, dan mungkin memakan waktu lebih dari lima tahun.

Kekhawatiran lainnya adalah terjadi kesenjangan yang berkembang antara Eropa dan Amerika Serikat yang berkaitan dengan Iran. Soros mengatakan keputusan Presiden Trump untuk mundur secara sepihak dari perjanjian senjata nuklir dengan Iran secara efektif menghancurkan aliansi transatlantic.”Seluruh dunia telah dikejutkan oleh tindakan Presiden Trump.” Ujarnya.

Soros memprediksi bahwa penghentian kesepakatan dengan Iran pasti akan memiliki efek negatif pada ekonomi Eropa dan menyebabkan dislokasi lainnya. Kekuatan dolar sudah mempercepat capital flight dari mata uang emerging market.

Namun demikian, tambah Soros, masih ada harapan bahwa pasar global lain dan bencana ekonomi dapat dihindari. Misalnya, menyerukan Uni Eropa, sebagai lawan dari negara-negara tertentu, untuk meminjam lebih banyak uang untuk mendanai “Marshall Plan” bagi Afrika untuk menangani masalah pengungsi. Di bawah Marshall Plan, Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Eropa untuk membangun kembali setelah Perang Dunia II.

“Uni Eropa memiliki peringkat kredit yang tinggi dan kapasitas pinjamannya sebagian besar tidak digunakan. Kapan kapasitas itu harus digunakan jika tidak dalam krisis eksistensial?” tanyanya. Namun Soros juga mengakui bahwa tidak akan mudah.

Eropa sudah berurusan dengan Brexit. Sekarang, Italexit tren di media sosial. “Dan itu bukan pertanda baik” ujar Soros.(*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

3 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

3 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

5 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

5 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

7 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

7 hours ago