Jakarta – Gelombang panas ekstrem yang melanda Amerika Utara, Eropa dan sebagian Asia pada Juli 2023 diduga terjadi karena perubahan iklim sebagai akibat dari perilaku manusia.
Akibatnya, gelombang panas ektrem tersebut memicu kebakaran hutan, kekeringan dan banyak orang harus dilarikan ke rumah sakit akibat sengatan suhu panas.
Dinukil Reuters, Kamis (27/7), berdasarkan studi dari World Weather Attribution, panas ektrim di Kawasan Eropa dan Amerika dan Eropa tidak mungkin terjadi tanpa ada efek perubahan iklim.
Izidine Pinto dari Royal Netherlands Meteorogical Institute yang turut menjadi salah satu tim studi tersebut mengungkapkan, pada tahun ini potensi panas akan 50 kali lebih mungkin terjadi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) menjadikan gelombang panas di Kawasan Eropa lebih menyengat 2,5 derajat celcius daripada seharusnya,“ terangnya.
Baca juga: Ratusan Warga di Dunia Tewas Akibat Gelombang Panas Ekstrem
Sementara itu, di Amerika Utara juga lebih panas 2 derajat celcius dan di China 1 derajat lebih panas. Selain berdampak pada manusia, suhu panas ektrem juga turut menyebabkan kerusakan terhadap tanaman pertanian dan kerugian ternak.
Di Yunani, kebakaran hutan terjadi di Pulau Rhodes, Yunani yang diduga dipicu adanya gelombang panas dengan suhu mencapai 45 derajat celcius dan mengakibatkan puluhan ribu orang dievakuasi.
Melansir Reuters, kepulan asap tebal sempat menutupi resor dan desa pesisir pantai. Sebanyak 19.000 orang terpaksa dievakuasi dari tempat tinggal dan hotel yang terdampak akibat kebakaran hutan sejak minggu lalu.
Meski cuaca ekstrem tidak merembet ke Indonesia, namun kasus kebakaran hutan masih kerap terjadi. Data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat, terdapat 206 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sementara, puncak El Nino diprediksi berlangsung Agustus-September 2023.
Direktur Program World Resources Institute Indonesia (WRI) Arief Wijaya mengungkapkan, ada berbagai faktor penyebab kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Antara lain, faktor manusia hingga faktor cuaca seperti kenaikan suhu panas.
“Nah biasanya yang terjadi di Indonesia itu karena manusia. Misalnya ada orang ngerokok kemudian buang puntung sembarang di semak-semak dan terjadi kebakaran,” terangnya.
Bahkan, kata dia, ada petani yang di daerah yang sengaja membakar lahan untuk membersihkan lahan sebelum di tanah. Padahal hal tersebut memberikan risiko besar kepada lingkungan sekitar.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan, dampak gelombang panas yang terjadi saat ini akan langsung dirasakan oleh sektor industri.
Baca juga: Ngeri! Gelombang Panas Ekstrem Bisa ‘Bakar’ Ekonomi RI
“Aktivitas ekonomi menjadi terhambat dan kegiatan produksi pabrik bisa terhenti karena ada heat wave di mana para pekerja menyelamatkan diri dari cuaca ekstrem sehingga berdampak berhentinya aktivitas ekonomi,” katanya, saat dihubungi Infobanknews.
Tidak hanya pada sektor industri, gelombang panas ekstrem juga berdampak besar pada sektor pertanian. Hal ini berdasarkan kepada pola yang terjadi di negara lain yang menyebabkan aktivitas industri terhenti.
Menurutnya, dampak buruk gelombang panas yang lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan alat produksi, seperti rusaknya lahan pertanian sehingga menurunkan produksi pangan.
Meski begitu, jika gelombang panas hanya menghentikan aktivitas ekonomi, seperti produksi dan konsumsi maka dampak ekonominya masih jangka pendek. Namun, apabila gelombang panas menimbulkan kerusakan maka dampaknya kepada ekonomi bisa jangka panjang.
“Maka bagaimana antisipasi dan mitigasi cuaca ketika terjadi gelombang panas terhadap sektor pertanian. Hal lainnya dari sisi energi juga dapat terdampak akibat cuaca panas ini,” pungkasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More
Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More
Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More
Jakarta - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terus berkomitmen mendukung pengembangan Energi Baru… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More