Fluktuasi di pasar keuangan diperkirakan berhenti setelah adanya kepastian kenaikan suku bunga AS. Ria Martati.
Balikpapan– Gejolak nilai tukar Rupiah saat ini diyakini lebih karena faktor eksternal akibat ketidak pastian suku bunga Amerika Serikat. Dewan Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara memperkirakan fluktuasi kurs akan berhenti ketika The Fed sudah memberikan kepastian mengenai kenaikan suku bunga.
“Sebentar lagi, kalau suku bunga September naik, Desember naik lagi, gejolak kursnya berhenti,” ujar Mirza di Balikpapan, Senin 10 Agustus 2015
Selama ini menurutnya ketidakpastian suku bunga The Fed, membuat fluktuasi di pasar keuangan dunia, terutama berpengaruh ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, pelemahan kurs menurutnya terjadi pada semua negara, kecuali Swiss yang menguat, tapi ini membuat ekspor Swiss tidak kompetitif.
Menurutnya pelemahan kurs terus terjadi paska Amerika Serikat memutuskan untuk menaikkan suku bunganya kembali Mei 2013.
“Stimulus moneter yang digelontorkan oleh The Fed harus dikurangi. Sejak saat itu, kurs kita terus melemah, tapi suku bunga AS belum naik. Modal berbalik kembali ke AS, tidak nunggu suku bunga naik,” kata dia.
Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN dan PT Mandiri Capital Indonesia… Read More
Jakarta - Pembangunan kawasan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pariwisata Tropical Coastland di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2… Read More
Jakarta - Mantan Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyambangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi… Read More
Jakarta - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan jika masyarakat Indonesia masih… Read More
Jakarta – PT Mandiri Sekuritas pada hari ini (9/1) meluncurkan aplikasi digital trading platform Growin’… Read More
Jakarta - Bukalapak telah mengumumkan akan menutup layanan marketplace-nya pada tahun ini. Nantinya, platform jual beli… Read More