Categories: Lifestyle

Gejolak Global Tingkatkan Kerentanan Sistem Perbankan

Jakarta–Ancaman gejolak ekonomi global makin meluas, terutama bagi industri perbankan global. Survei “Banking Banana Skins 2015”, yaitu survei tentang risiko perbankan global menemukan, kekhawatiran para bankir akan kegagalan pemulihan ekonomi global dan dampaknya terhadap sistem perbankan yang masih rapuh makin bertambah.

Hasil survei tahunan global yang dilakukan oleh Centre for the Study of Financial Innovation (CSFI) bekerjasama dengan Price Waterhouse Coopers (PwC) menemukan bahwa iklim makro ekonomi menjadi urutan teratas kekhawatiran para responden, mengungguli peraturan yang berlebihan yang di waktu lalu  yang selalu mendapatkan peringkat tinggi dalam survei ini. Peraturan yang berlebihan yang menjadi kekhawatiran utama para responden tahun lalu turun peringkatnya dari posisi teratas ke posisi ketiga tahun ini.

Survei ini dibuat berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh lebih dari 670 bankir, pembuat kebijakan perbankan dan pengamat industri perbankan di 52 negara. Hasilnya menunjukkan, bahwa para responden utama, yakni bankir, manajer risiko dan pengamat sangat khawatir soal kondisi ekonomi global.Kekhawatiran ekonomi juga kuat di seluruh kawasan geografis, meskipun mereka hanya berada di peringkat dua di Amerika Utara dimana responden Amerika dan Kanada lebih terfokus pada risiko kejahatan cyber.

“Hasil ini menunjukkan bahwa banyak orang yang was-was pemulihan ekonomi akan gagal dan menimbulkan kerusakan yang serius atas sistem perbankan.Ini merupakan prospek yang mengkhawatirkan,”ujar David Lascelles, Redaktur survei.

Kekhawatiran tentang risiko ekonomi digerakkan oleh tingginya peringkat hutang yang terjadi di sebagian besar belahan dunia yang disebabkan oleh pelemahan pertumbuhan di negara berkembang dan ketidakpastian tingkat bunga. Pasalnya, seluruh faktor ini dapat berdampak buruk pada sistem perbankan dimana tingkat solvabilitas perbankan, meskipun kondisinya semakin baik, masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Seorang supervisor senior perbankan mengatakan, tingginya tingkat hutang memperparah kerapuhan keuangan. Pembuat kebijakan dan bank telah mencetak kemajuan dalam mengurangi pengaruh tingkat hutang di sektor perbankan. Namun pengaruhnya masih terbilang tinggi. Dan semakin naiknya tingkat hutang debitur membuat bank rentan terhadap kejutan ekonomi.(*) Rezkiana Nisaputra

Apriyani

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

6 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

8 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

9 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

11 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

16 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

17 hours ago