Jakarta – Ketidakpastian global menjadi tantangan besar bagi perekonomian banyak negara di masa sekarang ini. Utamanya, adalah dari sisi geopolitik di triwulan akhir 2022 yang diperkirakan akan membesar, ditandai dengan belum berakhirnya konflik Rusia dan Ukraina.
Di sisi yang lain, kenaikan suku bunga acuan The Fed masih akan terus berlangsung sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi di AS mereda.
Demikian disampaikan Carolina Dina Rusdiana, Operational Director of Bank India dalam virtual talk show “Investment Trend & Industrial Recovery”, yang diselenggarakan Loan Market Indonesia, Kamis, 8 September.
“Kondisi-kondisi itu mengindikasikan akan adanya peningkatan volatilitas keuangan di semester dua 2022 dan bahkan di tahun depan,” ujarnya.
Namun, di tengah gejolak perekonomian tersebut, ia meyakini, kuatnya perekonomian Indonesia yang sudah terlihat dalam setahun terakhir adalah bukti bahwa penanganan pandemi sangat signifikan relatif cepat pemulihan ekonomi Indonesia.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 – 2023 akan jauh membaik, dengan penanganan dari pemerintah yang cukup memadai,” tegasnya.
Membaiknya perekonomian Indonesia tercermin dari pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, pada semester I 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,23% secara tahunan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat masuk ke jurang resesi pada 2020 karena pandemi Covid-19. Namun, titik balik pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2021, dimana pertumbuhan pada kuartal tersebut mencapai 7,07% secara tahunan. Setelahnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di zona positif. Kuartal III-2021 tercatat tumbuh 3,51%, kemudian kuartal IV-2021 tercatat 5,02%, dan kuartal I-2022 tercatat 5,01%.
Bangkitnya perekonomian Indonesia juga ditandai oleh pulihnya sektor-sektor komoditas yang harganya naik tinggi. Juga, sektor perdagangan, properti, otomotif yang akan kembali pulih di semester dua sampai tahun depan. Bahkan, sektor properti diproyeksikan akan mengalami akselerasi pemulihan di semester dua 2022.
Selain itu, virtual talk show ini juga menyinggung tren investasi yang akan menggelembung di pasar modal. Peningkatan ini akan terus dipompa oleh kehadiran para investor retail, khususnya investor muda. Sementara, investor yang sudah menikah dan memiliki anak, cenderung memilih investasi tradisional dengan risiko kecil seperti tanah, properti, dan bisnis.
Baca juga: Ekonomi Global Diproyeksikan Hanya Mampu Tumbuh 2,9% di 2023
Diskusi mengenai pemulihan ekonomi dan tren investasi ini pun disambut dengan baik oleh Loan Market, “Peluang market yang besar memerlukan penanganan yang lebih sesuai dengan nasabah yang ingin mengajukan kredit, Loan Market memberikan solusi terhadap keinginan nasabah dengan produk yang variatif, memberikan efisiensi waktu pada nasabah, dan servis yang terdepan” ucap Vivi Susena, Leader Loan Market. (*) Ari Nugroho
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More