Ilustrasi: Maskapai Garuda Indonesia/istimewa
Poin Penting
Jakarta – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyampaikan akan mengkaji ulang rencana penggunaan suntikan dana dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara senilai Rp23,67 triliun. Langkah ini dilakukan untuk memastikan optimalisasi perbaikan kinerja keuangan perusahaan.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, menegaskan bahwa kajian ulang tersebut penting bagi proyeksi bisnis Perseroan.
“Kita sedang mengkaji ulang prospek dan sudah saya sebutkan sebelumnya. Memang pada tahun 2026 ini kita sudah mencanangkan untuk membeli pesawat baru. Tapi sedang kita kaji ulang. Kami sedang mengkaji dan itu akan memberikan angka untuk proyeksi kami ke depan,” ujarnya dalam paparan publik dikutip, Jumat, 28 November 2025.
Baca juga: Wow! Garuda Dapat Suntikan Rp23,67 T dari Danantara, Setara 27,6% Dividen BUMN 2024
Diketahui, suntikan dana itu awalnya akan dialokasikan untuk pemeliharaan (maintenance) armada Citilink sebesar 47 persen, pemeliharaan pesawat Garuda Indonesia sebesar 37 persen, serta pembayaran avtur Citilink kepada Pertamina sebesar 16 persen.
Tidak hanya itu, Perseroan juga membahas terkait dengan proyeksi pendapatan untuk tahun 2026, utamanya hal itu bakal didorong oleh rencana penerbangan dan jumlah produksi atau Available Seat Kilometre (ASK) yang bakal ditetapkan.
“Proyeksi kita memang kita harus lihat dulu dari network planning kita dan kita baru bisa melihat berapa jumlah produksi yang kita akan lakukan di tahun depan. Tapi boleh saya sampaikan bahwa seharusnya tidak lebih kurang daripada tahun ini,” imbuhnya.
Adapun GIAA masih mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD182,8 juta pada kuartal III 2025. Angka itu telah terpangkas 39,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD131,2 juta.
Selain itu, pada periode kuartal III 2025 GIAA berhasil membukukan pendapatan usaha senilai USD2,39 miliar. Namun, angka itu turun 6,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga: Sambut Nataru, Garuda Indonesia Turunkan Harga Tiket Ekonomi dan Tingkatkan Kapasitas Penerbangan
Penyebab penurunan pendapatan itu berasal dari bisnis penerbangan berjadwal yang menurun 8,52 persen secara tahunan menjadi USD1,84 miliar.
Dari sisi pendapatan penerbangan lainnya juga turun menjadi USD245,8 juta. Meski demikian terjadi kenaikan pada pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebesar 2,88 persen menjadi USD299,5 juta. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More