Categories: Nasional

Gaduh Para Menteri Perburuk Citra Kepemimpinan Presiden

Jakarta – Menjelang akhir tahun 2015, isu perombakan Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali ramai diperbincangkan. Reshuffle kabinet Presiden Jokowi bisa jadi momentum untuk meningkatkan kinerja para menteri berdasarkan evaluasi tahunan yang segera dilakukan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di penghujung tahun ini.

Menurut Analis Ekonomi Politik, Kusfiardi, isu reshuffle Kabinet Kerja jilid II tak perlu dihebohkan dengan pernyataan Menko Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli, bahwa akan terjadi perombakan kabinet di pengujung tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo ini dikarenakan masih banyaknya menteri yang berkualitas KW 2 dan KW 3. Jauh lebih penting, semua menteri fokus bekerja dengan baik sesuai tugas yang diembannya. Mengingat masih banyak yang belum tercapai dalam satu tahun  pemerintahan Presiden Joko Widodo. Terutama menteri di bidang ekonomi yang jelas-jelas dari nonparpol ternyata malah justru jadi duri dalam daging yang menyusahkan presiden.

“Banyak PR (tugas) bagi para menteri bidang ekonomi yang belum tuntas untuk mendukung Nawa Cita Jokowi. Misal, di sektor ekonomi bagaimana para menteri bidang ekonomi memenuhi target pendapatan pajak sebesar Rp 1.294,2 triliun. Karena hingga Oktober 2015 lalu penerimaan pajak baru Rp758,2 triliun atau 58,59 persen,” urainya

Selain itu, kinerja kabinet juga terganggu dengan sikap sejumlah menteri yang terlalu menunjukkan perbedaan pendapat ke publik. Seperti ketegangan yang terjadi Menteri Keluatan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan Menteri Perdagangan, yang saat itu masih dijabat Rahmat Gobel terkait rencana impor garam.

“Bagaimanapun penyusunan kabinet adalah hak prerogatif Presiden. Dengan begitu, tergantung pada Presiden dalam menjalankan hak prerogatifnya. Tujuannya adalah memastikan pemerintahan bisa bekerja efektif,” ungkap Kusfiardi.

Untuk itu, harusnya Presiden bisa menunjukkan leadership yang kuat terhadap jajaran kabinet pemerintahannya.

“Perselisihan pendapat antar menteri semacam itu sebaiknya tidak perlu sampai mengemuka, karena hanya akan membuat komunikasi antara menteri menjadi tidak kondusif, dan memperburuk citra kepemimpinan Presiden” ujarnya. (*) Rezkiana Nisaputera

Apriyani

View Comments

  • Setuju Sekali, baiknya "gaduh" dilakukan di dalam rapat bukan di depan media

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

5 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

5 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

7 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

7 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

8 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

9 hours ago