Jakarta – Kinerja fungsi intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) menunjukkan hasil yang sangat baik per September 2024 (triwulan III 2024). Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit tumbuh mengesankan.
Berdasarkan laporan publikasi per September 2024, dikutip Senin, 18 November 2024, DPK Bank Saqu tumbuh 24,70 persen year on year (yoy), menjadi 6,21 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh kenaikan signifikan pada komponen dana murah (giro dan tabungan) sebesar 40,19 persen, dari Rp714,45 miliar menjadi Rp1,00 triliun.
Kontribusi dana murah terhadap total DPK juga meningkat dari 14,35 persen menjadi 16,13 persen, mencerminkan efisiensi biaya dana yang semakin baik.
Dari sisi penyaluran kredit, kinerja bank yang dipimpin Leonardo Koesmanto sebagai direktur utama ini sangat mengesankan. Pertumbuhan kredit Bank Saqu jauh melampaui pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang tercatat 10,85 persen pada periode yang sama. Kredit yang disalurkan Bank Saqu melonjak 67,72 persen yoy, dari Rp2,97 triliun menjadi Rp4,98 triliun.
Baca juga: Kinerja Positif, Seabank Salurkan Kredit Rp50 Triliun Lebih per Kuartal III 2024
Selain itu, rasio loan to deposit ratio (LDR) BJJ tercatat 80,20 persen, naik dari 61,63 persen pada tahun sebelumnya. Rasio ini berada dalam rentang ideal 78-92 persen, menunjukkan bahwa bank yang menjadi bagian dari Grup Astra ini memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek sekaligus tetap agresif dalam menyalurkan kredit.
Hanya saja, di tengah pertumbuhan intermediasi yang pesat, Bank Saqu menghadapi tantangan pada kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross naik dari 1,63 persen menjadi 2,31 persen, namun tetap jauh di bawah batas aman 5 persen.
Sementara, dari sisi profitabilitas, Bank Saqu membukukan kerugian bersih Rp181,99 miliar pada September 2024, berbalik dari laba bersih Rp47,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini terutama disebabkan oleh lonjakan beban operasional lainnya sebesar 90,79 persen, dari Rp342,02 miliar menjadi Rp652,53 miliar. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga meningkat signifikan dari 89,30 persen menjadi 134,22 persen, mencerminkan tekanan yang cukup berat pada efisiensi operasional bank.
Baca juga: Laba BCA Digital Terbang 532,7 Persen per September 2024, Ini Pendorongnya
Meskipun pendapatan bunga bersih meningkat 8,02 persen yoy menjadi Rp434,36 miliar, kenaikan beban bunga sebesar 30,13 persen menjadi Rp194,30 miliar turut memberikan tekanan pada net interest margin (NIM) yang turun dari 5,18 persen menjadi 4,99 persen.
Di sisi lain, Bank Saqu tetap memiliki fondasi modal yang kuat dengan modal inti sebesar Rp6,34 triliun, naik 4,84 persen dari tahun sebelumnya. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat 136,61 persen, turun dari 179,35 persen tahun lalu, namun masih jauh di atas batas minimum yang diwajibkan regulator.
Di akhir September 2024, Bank Saqu membukukan total aset RpRp13,06 triliun. Secara tahunan aset itu mengembang 16,26 persen. (*) Ari Nugroho
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat penermaan dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Oktober 2024 mencapai… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More
Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menargetkan jumlah agen asuransi umum mencapai 500 ribu… Read More
Jakarta – Di tengah fenomena makan tabungan alias mantab akhir-akhir ini, pertumbuhan antara ‘orang-orang tajir’… Read More