Jakarta – Bank DBS Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus berkembang dengan proyeksi kinerja yang optimis pada 2025. Direktur Consumer Banking Bank DBS Indonesia, Melfrida Gultom, mengungkapkan bahwa tahun ini pihaknya terus mengembangkan strategi bisnis untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dengan fokus pada dua pilar utama, yakni wealth management dan consumer lending.
Untuk segmen kredit, Bank DBS Indonesia memiliki dua produk utama yang disalurkan secara organik. Produk pertama adalah kartu kredit, dan produk kedua adalah personal loan.
Di samping itu, bank ini juga bekerja sama dengan platform peer-to-peer (P2P) lending terpilih yang memiliki good governance atau tata kelola yang baik, dalam rangka memperluas akses pembiayaan.
“Untuk kredit, kami fokus pada dua produk utama, yakni kartu kredit dan personal loan. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan P2P yang kami seleksi dengan baik dan memiliki good governance dalam menjalankan bisnis, termasuk dalam bisnis join finance,” ungkap Melfrida, di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Baca juga: DBS Indonesia Kucurkan Dana Hibah Rp100 Miliar Lebih ke Mitra NGO, Ini Peruntukannya
Proyeksi Kinerja 2025 Bank DBS Indonesia
Terkait proyeksi bisnis untuk 2025, Melfrida mengatakan bahwa Bank DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan double digit pada dana pihak ketiga (DPK) dan wealth management, serta consumer lending.
“Untuk dana pihak ketiga dan wealth management, kami memproyeksikan untuk tumbuh double digit, begitu pula dengan consumer lending. Ini menjadi dua pilar utama kami dalam pengembangan bisnis kami tahun ini,” lanjutnya.
Melfrida menambahkan bahwa Bank DBS Indonesia memandang kedua sektor ini sebagai pilar penting dalam strategi pertumbuhan perseroan. Wealth management mencakup layanan dana pihak ketiga, investasi, dan bank insurance, sedangkan sektor consumer lending berfokus pada pemberian kredit kepada individu.
Sementara itu, di segmen wealth management, saat ini Bank DBS Indonesia telah memiliki tiga segmen nasabah kaya, mulai dari nasabah super kaya dengan minimal saldo di atas Rp10 miliar masuk kelompok DBS Treasures Private Client, kemudian ada nasabah kaya dengan minimal saldo Rp500 juta bernama DBS Treasures, dan segmen nasabah emerging affluent yang masuk berinvestasi mulai dari Rp1 juta.
Baca juga: BRI dan BNI Kompak Buyback Saham, Bank Mandiri Siap Menyusul?
“Indonesia, dengan GDP yang terus berkembang, menawarkan peluang yang besar dalam sektor ini, sehingga bank berkomitmen untuk memberikan produk investasi inovatif, bekerja sama dengan tim global financial market DBS, namun tetap sesuai dengan regulasi Otoritas Jasa Keuangan,” ungkapnya.
Bank DBS Indonesia juga memanfaatkan platform digital miliknya, yakni digibank untuk melayani tiga segmen pelanggan tersebut. Melalui digibank, nasabah dapat mengakses lebih dari 60 produk reksa dana secara real-time dan sekitar 130 seri obligasi.
“Produk investasi yang paling diminati pada 2024 adalah government bonds dan reksa dana. Kedua produk ini diproyeksikan masih terus diminati nasabah hingga tahun ini,” pungkasnya. (*) Ayu Utami