News Update

Fintech Sasaran Empuk Pelaku Cyber Terrorism

Jakarta — Perusahaan Financial Technology (fintech) menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan siber atau cyber crime di Indonesia. Pasalnya, kesadaran masyarakat negeri akan pentingnya mengamankan data-data pribadi dari aktivitas cyber crime masih sangat rendah. Bahkan, kedepannya, fintech pun berpotensi menjadi sektor tujuan serangan pelaku cyber terrorism.

Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Chief Strategy Officer/Chief Information Security Officer PT Informasi Netta Markindo (INM), Thomas Liau. Ia mengatakan, saat ini pelaku terorisme tidak hanya menyerang fisik, tetapi mulai bergerak lewat dunia maya.

“Teroris itu pintar dan teredukasi. Terorisme saat ini tidak hanya mengincar fisik (manusia) tapi lewat cyber juga,” ungkap Thomas dalam pameran Homeland Security Indonesia 2018 di Jakarta Convention Center, Kamis (20/09).

Pernyataan serupa diungkapkan oleh CEO PT Informasi Netta Markindo (INM), Taofik Hidayat, bahwa fintech yang notabene melakukan lalu lintas uang lewat teknologi digital sangat rentan dan mudah mendapat serangan siber. Akan tetapi, pelaku usaha fintech saat ini sudah mulai aware terhadap keamanan di perusahaannya.

Baca juga: Banyak Regulasi Yang Menghambat, Pemerintah Siap Bantu Fintech

Fintech menjadi sasaran empuk tapi banyak perusahaan fintech di Indonesia yang sudah sadar. Kenapa, karena fintech biasanya di-develop orang-orang muda yang lebih melek teknologi. Fintech bahaya, tapi lebih aman,” ujarnya kepada infobank, Kamis (20/09).

Taofik menambahkan, perusahaan atau pelaku bisnis mulai saat ini harus sadar bagaimana mengamankan data-data internal atau protect insider, tidak hanya outsider. Tak hanya itu. Masyarakat Indonesia yang menjadi pengguna social media pun harus cerdas dan bijak menempatkan data-data pribadinya di dunia maya.

Dalam pameran Homeland Security Indonesia 2018 di Jakarta Convention Center, 19-20 September 2018, PT Informasi Netta Markindo (INM), didukung oleh Korea Internet & Security Agency (KISA), menghadirkan Konsorsium Siber dari perusahaan teknologi di Korea. Diantaranya Igloo Security, Douzone, HancomGMD Mobile Forensics, dan NSHC.

Masing-masing perusahaan bergerak di bidang Digital & Mobile Forensic, Cyber Physical Security Operations Centre, Open Source Intelligence untuk profiling kriminal, memantau Media Sosial dan Berita Hoax, Red Teaming dsb., dan SCADA/ICS Simulation model yang memperlihatkan bagaimana sebuah perusahaan mengamankan dan memproteksi Critical Information Infrastructure (CII) dan membangun pertahanan terhadap serangan siber di dalam lingkup Information Technology (IT) and Operational Technology (OT). (Ayu Utami)

Risca Vilana

Recent Posts

ICC Resmi Keluarkan Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant

Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More

5 hours ago

Mandiri Sekuritas Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen di 2025

Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More

14 hours ago

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

14 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

14 hours ago

Insiden Polisi Tembak Polisi, Ini Penjelasan Kapolda Sumbar

Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More

15 hours ago

Wamen ESDM Dukung Adopsi Electrifying Lifestyle di Masyarakat

Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More

16 hours ago