Keuangan

Fintech P2P Lending Bisa Jadi Enabler UMKM Naik Kelas

Jakarta – Keberadaan perusahaan financial technology (fintech) di sektor per to peer (P2P) lending bisa menjadi enabler bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk naik kelas. Pendanaan dari P2P lending bisa menjadi solusi bagi UMKM yang tidak digarap oleh perbankan.

“P2P lending sebagai enabler UMKM naik kelas itu mungkin sekali. Mereka ini sebenarnya bisnisnya profitable, tapi kan pencatatan bisnisnya tidak rapi. Kadang mereka dapat uang 400 ribu besoknya langsung dibelanjakan lagi ke pasar untuk modal dagang. Yang seperti ini kadang perbankan nggak bakal percaya untuk menyalurkan kredit,” kata Dewi Meisari Haryanti, SE, M.Sc, Project Leader ukmindonesia.id – LPEM FEB UI sekaligus Founding Member Indonesia Microfinance Expert Association, di kantor Amartha Mikro Fintek, Jakarta, Selasa, 11 Desember 2018.

Dewi menjelaskan, ada ‘missing middle’ yang terjadi di Indonesia dibandingkan negara berkembang lainnya. Di mana usaha besar jumlahnya hanya 5.030 (0.01%), usaha menengah jumlahnya hanya 65,500 atau 0,11%. Sementara usaha kecil dan mikro masing-masing 1,2% dan 98,7%.

Peluang usaha mikro khususnya untuk naik kelas terbuka luas. Dari sisi omset, Dewi menyebut pada 2006 rata-rata pendapatan per unit usaha mikro sebesar Rp20,98 juta. Angka itu melonjak menjadi Rp89,75 juta pada 2017. Demikian juga usaha kecil yang naik dari 696,61 juta per tahun pada 2016 menjadi Rp 1,84 miliar per tahun pada 2017.

“Usaha mikro sangat berpeluang naik kelas. Omsetnya masih bisa didorong lagi. Masih bisa disebut usaha mikro itu kalau omset per tahun Rp300 juta ke bawah,” terang Dewi.

Dalam 7 tahun terakhir, akses UMKM terhadap kredit meningkat, tapi cenderung lambat. Inilah yang bisa didorong oleh fintech. Apalagi melihat pertumbuhan akun borrower (peminjam) yang melonjak hampir 600% sepanjang Januari-September 2018 dari 330.154 akun menjadi 2,3 juta akun. Sementara pertumbuhan akun lender sekitar 39%, dari 115.939 akun pada Januari 2018 menjadi 161.297 akun di akhir September 2018.

Kehadiran fintech P2P lending mengisi gap antara karakteristik produk pinjaman perbankan terhadap karakteristik UMKM, khususnya usaha mikro. P2P lending juga bisa menyediakan dana yang lebih murah bagi UMKM (khususnya dibandingkan rentenir). Sementara dari sisi investor, P2P lending menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi, khususnya dibandingkan dengan deposito. Di Amartha Fintech misalnya, CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengaku para investor mendapatkan imbal hasil sekira 12-15%. (*) Ari AS

Suheriadi

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

32 mins ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

2 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

4 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

5 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

5 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

8 hours ago