Ekonomi dan Bisnis

Faisal Basri: Holding Tambang Jadi Akal-akalan Tambah Utang

Jakarta – Ekonom Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri menilai, rencana Kementerian BUMN untuk membentuk holding pertambangan dianggap hanya sebagai upaya meningkatkan kapasitas berutang, karena sangat sulit untuk melakukan holdingisasi perusahaan tambang dengan industri aluminium.

“Dari obrolan dengan Kementerian BUMN, rencana holding tambang ini supaya kapasitas utangnya naik. Jadi, di sini syahwat berutangnya besar melalui holding ini,” ujarya di Jakarta, Senin, 27 November 2017.

Sebagaimana diketahui, Kementerian BUMN akan membentuk holding melalui inbreng saham PT Timah (Persero) Tbk, PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk ke dalam PT Indonesia Asahah Aluminium (Persero).

“Sulit membentuk holding pertambangan dengan menggabungkan tiga perusahaan tambang dengan industri hilir aluminium. Inalum itu merupakan perusahaan di industri hilir dari sektor pertambangan,” ucapnya.

Dia menyebutkan, alumina sebagai bahan dasar aluminium di pabrik Inalum yang berasal dari Kalimantan adalah milik perusahaan China. Sebagian lagi, merupakan impor dari Australia yang harganya lebih murah. “Kalau mau di-holding-kan, sinerginya di mana itu?” tegasnya.

Rencana pemerintah membentuk holding, kata dia, tidak terlepas dari upaya membentuk superholding untuk dapat bersaing dengan Temasek Holdings, Singapura dan Khazanah Nasional Berhad, Malaysia. “Kalau superholding kita kan sebenarnya sudah ada yang namanya Kementerian BUMN,” ucapnya.

Sejauh ini, jelas dia, rencana holding pertambangan juga memicu kecurigaan di masyarakat bahwa nantinya perusahaan BUMN yang menjadi anak usah Inalum tidak lagi sebagai perusahaan BUMN. “Masyarakat khawatir perusahaan itu tidak bisa diawasi lagi oleh DPR dan Kementerian Keuangan, karena dia anak usaha lewat inbreng saham,” paparnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, holding semen diniliai lebih masuk akal, karena produk yang dihasilkan bersifat homogen. “Yang keliru juga sebenarnya ada pada holding PTPN (PT Perkebunan Nusantara) yaang mengalami kerugian terus. Jadi, tidak perlu kemana-mana untuk membesarkan perusahaan tambang, ikuti basic-nya saja,” tutup Faisal. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

16 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

16 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

16 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

18 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

18 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

21 hours ago