Jakarta – Di tengah semakin pesatnya teknologi dan informasi digital, tentunya perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor terus berupaya untuk memberikan kemudahan akses bagi penggunanya, melalui aplikasi ataupun website.
Namun, kadang kala beberapa perusahaan tidak memikirkan manajemen risiko terkait dengan data center, keamanan data penggunanya, data-data penting perusahaan, hingga risiko lainnya.
Melihat hal tersebut, Joseph Georgino G, menuturkan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan digitalisasi perlu memperhatikan empat manajemen risiko untuk mengelola keamanan perusahaan, antara lain, risiko operasional, risiko third party atau yang berasal dari pihak lain, risiko dari regulator, hingga risiko pasar.
“Kalau saya katakan kan risiko itu kan ada satu namanya risiko operasional, itu biasanya kan risikonya mendasar kepada kebodohan kita, karena ini kan birokrasi kita. Kedua kan risiko third party atau partner kita, yang ketiga kan yang paling sederhana karena regulatory risk, yang keempat ada yang namanya market risk,” ucap Joseph dalam Seminar Managed Services di Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.
Baca juga: 46 Tahun Berdiri, Asuransi TRIPA Gencar Berkolaborasi di Era Digitalisasi
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada perusahaan-perusahaan untuk mengelola manajemen risiko tersebut melalui pihak ketiga seperti penyedia layanan managed services atau perusahaan itu sendiri yang mengelola risiko data center.
“Maka kita mesti lihatkan, mampu gak pihak yang kita serahkan itu, bekerja sesuai kehendak kita atau sesuai dengan standar kita dan dengan risikonya Pak,” imbuhnya.
Karena menurutnya, jika menyerahkan pengelolaan risiko kepada pihak lain, terdapat beberapa risiko yang akan timbul, seperti seberapa cepat pihak lain itu melakukan adaptasi dengan perubahan peraturan yang ada pada data center.
“Dan kalau ada sesuatu yang terjadi, karena kendali di luar kendali kita semua, seberapa mudah dia mengatasi itu. Nah kalau sudah seperti begitu, saya akan mengatakan kita manage risikonya,” ujar Joseph.
Baca juga: Cara AdaKami Tingkatkan Literasi Keuangan Digital Masyarakat
Sehingga berdasarkan faktor-faktor tersebut, perusahaan perlu melakukan pertimbangan terkait pengelolaan risiko data center perusahaan, ia menyarankan hal tersebut bisa dilakukan sekaligus di dua tempat, untuk menghindari perluasan risiko yang terjadi, seperti kebocoran data ataupun hal lain yang mengganggu terkait data center.
“Jadi misalnya, backup-nya di kita, kita isi satu, kita isi dua, supaya kalau ada kejadian tidak semuanya bermasalah. Sederhana saja, jadi saya lebih mengatakan yang namanya manage service itu, kalau mencari salah satu, kita manage risikonya,” tutupnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More