Jakarta – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menampik adanya kekhawatiran terkait pekerjaan yang akan beralih dari tenaga manusia ke mesin yang dikendalikan oleh sistem digital. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi (TI) yang mengarah ke era digital.
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengklaim, perkembangan teknologi digital diperkirakan justru bakal mendorong lapangan pekerjaan yang baru. Terlebih, keberadaan perusahaan-perusahaan seperti Financial Technology (Fintech), E-Commerce dan industri Startup tengah gencar.
Artinya, kata dia, akan ada banyak lapangan pekerjaan yang baru dan menarik yang bisa digali dari perubahan ini. Terlebih, maraknya media sosial (medsos) seperti Facebook, Instagram, Twitter dan sebagainya yang hadir belakangan ini, seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pengguna medsos.
“Ini adalah hal yang sebelumnya dianggap sepele tapi sepertiga penduduk dunia memiliki akun Facebok. Ini yang seharusnya kita diskusikan juga,” ujar Halim di Jakarta, Jumat, 6 April 2018.
Menurut Halim, berdasarkan data survei World Economy Forum (WEF) menyebutkan, akan ada 6 juta pekerjaan baru hingga tahun 2025 mendatang berkat perkembangan digital khususnya di bidang bidang logistik dan elektrifikasi. Oleh sebab itu, Indonesia harus bisa merespon peluang ini dengan cepat.
Dari sisi keuangan, dirinya melihat digitalisasi bisa membuka peluang bisnis baru dan menambah jalur pemasaran tradisional menuju direct to consumer, peer to peer, crowd funding dan lending. “Akan ada distribusi teknologi finansial yang besar seiring dengan digitalisasi ini,” ucapnya.
Baca juga: Fintech Dapat Mempengaruhi Pekerjaan Dimasa Datang
Namun demikian, lanjut dia, pemerintah juga harus terlibat dan terjun langsung untuk merespon perkembangan di era digital ini. Dalm hal ini, pemerintah dan regulator terkait harus bisa mendukung industri dengan mengeluarkan aturan atau regulator agar persaingan antar industri keuangan terjaga.
“Sekarang tergantung bagaimana dengan pemerintah, harus menciptakan peraturan yang bisa menimbulkan dampak yang berkelipatan atau multiplier effect,” paparnya.
Di tempat yang sama Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskanda Simorangkir tidak memungkiri, perkembangan ekonomi digital yang terjadi saat ini memang bakal berdampak pada hilangnya pekerjaan dari manusi ke mesin atau sistem teknologi.
Kendati demikian, dirinya meyakini, bahwa tidak sepenuhnya pekerjaan tersebut akan hilang seluruhnya, selama masyarakat maupun pelaku industri bisa berinovasi. Menurutnya, di tengah era digital ini, justru bakal memunculkan pekerjaan-pekerjaan di bidang lain, yang nantinya orang-orang bakal beralih untuk mengikuti perkembangan tersebut.
“Kami sadari ada pekerjaan yang hilang tapi ada juga pekerjaan yang muncul. Maka salah satu alternatif yang kami ajukan dlalam policynya adalah pendidikan vokasi untuk SDM. Misal, tadinya nggak ada input data e-commerce. Ibu-ibu bahkan bekas pembantu rumah tangga, upload data. Kami petakan pekerjaan yang muncul dari ekonomi digital,” tutupnya. (*)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More